Sabtu itu kulapangkan seluruh perasaan. Kukunci rapat-rapat pintu kesedihan. Dan kuenggan tunjukkan air mata walau setetes.
Selangkah aku tiba di rumahmu. Membawa sejuta cerita yang tertinggal. Harusnya kau tahu semua itu. Harusnya kau ada bersama kami di hari-hari itu.
Teman.. Aku melihatmu terbaring di atas kasur berwarna biru.
Kesedihan yang telah kututup, air mata yang telah kukunci, waktu itu lepas berantakan di sampingmu.
Masihkah kau bisa melihatku ? Masihkah kau kenal dengan suaraku ?
Aku panggil namamu yang indah. Tapi kau bisu tak menjawabku. Matamu hanya berkedip. Kau menangis mendengar suaraku.
Bisakah kita mengulang kisah yang dulu ? Bisakah aku melihatmu berlari lagi ? Pasti bisa teman. Kau pasti bisa! Tunjukkan pada dunia kau bisa menyingkirkan penyakit jahat itu.
Aliran darahku lalu membeku melihatmu menjabat tangan kiriku. Kau berusaha dengan semangatmu. Kau angkat tanganku hingga menyentuh pipi lembutmu.
Pandanganku lirih ke wajah itu. Jari-jemarimu bergerak satu per satu. Namun kau terus terbaring. Hanya dengan kedipan mata dan anggukan kau tuturkan bahasa tubuhmu.
Teman.. Aku dan mereka mendoakanmu. Lekaslah sembuh dan temui kami di kelas kita yang baru.
Selangkah aku tiba di rumahmu. Membawa sejuta cerita yang tertinggal. Harusnya kau tahu semua itu. Harusnya kau ada bersama kami di hari-hari itu.
Teman.. Aku melihatmu terbaring di atas kasur berwarna biru.
Kesedihan yang telah kututup, air mata yang telah kukunci, waktu itu lepas berantakan di sampingmu.
Masihkah kau bisa melihatku ? Masihkah kau kenal dengan suaraku ?
Aku panggil namamu yang indah. Tapi kau bisu tak menjawabku. Matamu hanya berkedip. Kau menangis mendengar suaraku.
Bisakah kita mengulang kisah yang dulu ? Bisakah aku melihatmu berlari lagi ? Pasti bisa teman. Kau pasti bisa! Tunjukkan pada dunia kau bisa menyingkirkan penyakit jahat itu.
Aliran darahku lalu membeku melihatmu menjabat tangan kiriku. Kau berusaha dengan semangatmu. Kau angkat tanganku hingga menyentuh pipi lembutmu.
Pandanganku lirih ke wajah itu. Jari-jemarimu bergerak satu per satu. Namun kau terus terbaring. Hanya dengan kedipan mata dan anggukan kau tuturkan bahasa tubuhmu.
Teman.. Aku dan mereka mendoakanmu. Lekaslah sembuh dan temui kami di kelas kita yang baru.