Dear Past, Thank You for All The Lesssons

There is no time to see backwards. Your future is still pure enough.

The only thing worse than being blind is having sight but no vision

When something bad happens, you have three choices. You can either let it define you, let it destroy you, or you can let it strengthen you.

Do You Know? You are Your Own Hero. Be Brave!

Don't die from a broken heart.

It is Never Too Late to be What You Might Have Been

If you were not happy with yesterday, try something different today. Don't stay stuck.

Things Work Out Best for Those Who Makes The Best of How Things Work Out.

Just believe in yourself. Even if you don't, pretend that you do, and at some point, you will.

Petronella Cornelia Habeahan

If reading is HOT and writing is COOL. Therefore, read my writing is an awesome thing.

Sabtu, 13 Februari 2021

I need you to do something.
Please, dont do nothing, you scared me.

Senin, 09 November 2020

Dont need to be heard

People come to me to share their stories.

But i stay at my place, sit still here, never share my story.

Go wrong

Aku ingin menjadi sesuatu yang mudah dibaca

Tapi kelabu membuat sampulku sulit untuk dibuka

Kamu tak akan mengerti, kamu akan selalu sama, dan aku pun begitu

Kita, adalah ego yang berdiri di kakinya masing-masing

Tak akan berpindah, tak akan berubah


Aku tak ingin menjadi bunga

Aku cuma ingin jadi sesuatu yang berdiri dengan lega

Aku butuh pergi, pun jika harus sendiri, yang kubutuhkan hanya pergi


Aku adalah takut jika kau menjadi berani

Aku adalah merah jika kau memilih menghijaukan diri

Aku lebih baik lari, aku lebih baik lari


Kemarin aku membangun dinding ku

Semakin ahli dalam bersembunyi

Pun aku akan terus begini, entah sampai kapan


Jangan datang lagi

Jangan berkabar lagi

Aku telah memperbaiki rumah yang kau lempari

Sendiri

Sabtu, 18 Juli 2020

Pura Pura

Saat itu kita sedang ada di sekolah.
Sebentar lagi upacara akan dimulai, tapi peraturannya, upacara akan dimulai jika semua murid sudah lengkap berbaris di lapangan.

Aku menempati barisan paling belakang.
Salah seorang guru datang dan memeriksa apa barisan sudah lengkap atau belum.
Dan kamu,,,,, tidak ada di sana.

Si bapak guru menanyaimu.
Kamu ke mana?

Beberapa temanmu akhirnya ditugaskan untuk mencari.
Dan aku pun dimintai untuk mencari.
Katanya kamu bakal datang kalau aku yang panggil.
Tapi aku ragu.
Kau tak akan mendengarkanku.

Aku masuk lagi ke dalam barisan.
Hanya pura-pura tak khawatir.
Padahal aku juga ingin menemukanmu.
Aku mencarimu.

Kamu,,,,,,,, di mana?

Tiba-tiba alarm ku berbunyi.
Lagi-lagi aku bermimpi.

Sabtu, 02 Mei 2020

cerita yang rapi

Tadi malam aku mimpi. Aku mimpi pergi ke suatu tempat untuk rapihin gigi. Dokternya bilang mungkin aku bakal ngerasa sedikit sakit.  Tapi aku jawab gapapa, aku bisa nahan. Setelah selesai, tentunya dia gak langsung berubah jadi senatural yang diharapkan. Ya bisa aja dia masih beradaptasi. Kyk aku masih ngerasain beberapa hal yang janggal gitu. Tapi kan wajar ya? Namanya perubahan pasti bakal take its time untuk menjadi terbiasa.

Dokter kasih aku cermin. Aku gak bohong, hasilnya bagus bangetttt. Giginya jadi lebih rapi dan buat aku ngerasa nyaman dan lebih percaya diri. Kyk ada perasaan yang muncul kalau hari-hari yang besok aku jalani bakal lebih baik, bakal lebih enteng, bakal lebih lega.

Mungkin sepele.

Tapi ini kerasa bukan hanya sekedar mimpi. Mungkin pengaruh semalam? Waktu kita berdua begadang merapikan cerita.

Aku emang ngerasa lega. Aku emang ngerasa lebih nyaman. Percaya diri. Ya karna kita udah menyelesaikannya di malam sebelum tidur kemarin.

Terima kasih. Awalnya emang kerasa sedikit akward, kita berdua mengakuinya. Seolah-olah kita berdua bukan orang yang saling mengenal. Terima kasih. Karena semua pertanyaan sudah terjawab. Sekali lagi terima kasih. Karena sudah merapikannya dengan sedemikian dewasa.

Kamu, jaga diri baik-baik.

Sama seperti ketika aku melihat gigi yang bagus, aku percaya kalau semuanya pun akan jadi lebih baik. So happy cerita ini bisa berubah jadi lebih rapi. So long, partner.

Rabu, 29 April 2020

what should i do?
what should we do?

Jumat, 10 April 2020

satu setengah tahun

Hai haiiiiiii...

Sekarang udah jam 22.08, di luar lagi hujan lumayan deras, dan mari kita cerita-cerita lagi. Btw kalian tau gak sih kalau tiap Jumat Agung itu pasti selalu hujan apalagi pas momen-momen penyaliban sekitar jam 3 sore? Dan katanya hujan itu disebut-sebut menjadi lambang kesedihan yang akan selalu terjadi tepat di saat momen Tuhan wafat di kayu salib. Ngeh gak selama ini?

Guys, dulu, suatu hari, secara mendadak aku di wa sama temenku yg namanya Wenny. Dia ngasitau kalau kantornya lagi buka lowongan kerja untuk posisi tax consultant. Nah, test nya akan dilangsungkan besoknya banget di UB (posisinya pada saat itu aku baru wisuda, belum dapat kerja, tapi masih stay di Malang for some reasons). Nah jadilah aku ikut coba-coba.

Waktu itu test nya dilaksanakan siang-siang. Aku lupa tepatnya jam berapa. Aku pakai pakaian formal, kemeja putih yg ada motif-motifnya, trus pakai celana kain warna item. Aku, bisa dibilang adalah mahasiswa yang lulusnya tidak on time, dalam tanda kutip agak telat, karena seharusnya ketika aku wisuda di Agustus 2018, itu seharusnya sudah menjadi tahun wisudanya angkatan di bawahku. Ya you know why kalau misalnya ngikutin cerita-cerita sebelumnya.

Btw, aku punya boneka cokelat yg dikasih sama seseorang (im sorry aku udah lupa siapa yg kasih) pas wisuda, dan aku kasih nama Agus, karena aku wisuda bulan Agustus ehehehhehe. Aku punya boneka babi gede warna pink, hadiah bang hara waktu aku sidang, dan aku kasih nama Ucip. Ucip diambil dari marga bang hara yaitu Parhusip wkwk. Jadi kangen bang haraaaaa :(

Kembali ke laptop.

Test hari itu didominasi oleh angkatan 2014. Kami yg angkatan 2013 hanya ada beberapa, mungkin bisa dibilang tiga atau empat orang doang. Sisanya junior semua. Ya karena angkatan kami pada umumnya udah wisuda duluan dan udah pada kerja di luar sana. Kalau gak salah yg ikut test mungkin sekitar dua puluhan orang lah ya. Setelah test tulis, satu per satu ada interview singkat dengan HRD. Kebetulan yg datang ke UB pada waktu itu adalah manager HRD nya langsung untuk melakukan perekrutan ini. Selesai itu, HRD bilang hasilnya akan dikabarin like one or two weeks after.

I don't know apakah aku akan lulus atau tidak, yg pasti aku rada-rada kurang yakin sih kalau hasilnya akan memuaskan.

Setelah itu, mungkin satu setengah minggu setelahnya, aku berangkat ke Bandung. Dan itu sekaligus menjadi hari di mana aku pamit dari Malang. Aku gak kyk orang-orang yg mewek lebay pas mau ninggalin Malang. I mean, pas mau berangkat dari kosan itu kyk tegar banget. Aku dari Malang ke Bandung naik kereta btw. Dan dari kosan ke stasiun, aku pilih naik angkot. Dengan bawa satu ransel laptop, satu koper, dan satu tas sandang. But you know what? AKU NANGIS DI ANGKOT PAS ANGKOTNYA NGELEWATIN FIA.

FIA itu adalah fakultas ku yg kebetulan dia tepat berada di pinggir jalan. Jadi kalau aku mau ke stasiun, itu pasti lewatin FIA. Waktu itu posisi dudukku di angkot belakangin kampus. Kursi di angkot kan kursi panjang yg hadap-hadapan itu lohh. Nah pas ngelewatin FIA, aku awalnya gak ada satu pun niat mau saying goodbye, mau noleh bentar, atau apalah itu. Itu sama sekali gak ada niat. Tapi kebetulan waktu itu pas lampu merah, jadi angkotku berhenti pas di depan FIA. Nah jadilah itu aku noleh ke belakang. Jleb, pas lihat FIA, gak tau ya, itu aku secara gak sadar nangis, dan beberapa anak muda di depanku ngelihatin aku. Yg terlintas di pikiranku waktu itu sih ya tentang kesulitan-kesulitan yg aku dapat menjelang kelulusan, lebay sih, karena mungkin kesulitanku ini masih tidak seberapa dengan mahasiswa-mahasiswa lain. Tapi gak bisa bohong juga kalau aku merasa sangat terbebani.

Sesampainya di Bandung, beberapa hari kemudian, aku ikut test program MT salah satu perusahaan gede yg produknya ada di mana2, tapi belum jodohnya, aku gak lolos. Satu atau dua hari setelah itu, aku dapat panggilan telpon. Nomor kantor dengan keterangan "Greater Jakarta". Ternyata itu adalah manager hrd yg waktu itu ngadain test di UB. Aku dipanggil buat interview, dan menjadi satu-satunya yg lolos dari keseluruhan yg ikut test pada waktu itu.

Karena panggilan itu, aku di Bandung gak sampai seminggu, aku langsung booking tiket kereta untuk segera berangkat ke Jakarta. By the way, biar lebih jelas lagi aku bukan tinggal di Bandung kota, tapi di Jatinangor di kosan efa, jadi biasanya kalau dri nangor ke kota itu sekitar 45 menit - 1 jam pakai travel atau damri unpad. Waktu itu aku memilih naik travel. Biar bawaannya gampang. Dan tau gaaaaakkkkkkk? Nangor-Bandung lagi macet parah. Bandung pun lagi macet parah. Jadi aku KETINGGALAN KERETA wwkkkwkwk. Aku tau sih kalau sebenarnya aku gak bakal bisa kejar si kereta itu lagi. Tapi aku tetap ngelanjutin perjalanan ke stasiun naik grab. Sampai bapak driver grab nya juga ikut uring-uringan karena aku udah ketinggalan kereta hahaha. Berhubung aku juga bawa koper dan tas yg lumayan lah yaaa, jadi itu tuh harus pakai grabcar. Gak akan mungkin kalau dibawa naik grabbike.

Sesampainya di stasiun, aku tanya security soal keberangkatan keretanya, dan keretanya udah berangkat doooonggg. Tiket hangus udaahhh. Itu posisinya udah sore, udah mulai gelaplah. Aku mikirnya kalau balik ke nangor lagi pasti udah peer banget. Damri unpad pasti udah gak ada. Travel juga pasti udah sepi. Dan aku capeeeekkkk, itu bawaan juga berat saaaayyyyy.

"Pak yg mau ke jakarta lagi paling cepat jam berapa?" aku tanya ke satpam. Satpam nunjuk kereta yg ada di depanku, "ini mau ke jakarta, sebentar lagi berangkat, coba tanya ke loket apa tiketnya masih ada." Langsung deh tuh aku lari-lari kyk orang kesurupan ke loket yg berjarak kira2 10 meter. Aku tanya ke si teteh yg lagi jaga. Dia bilang, "ADA, EKSEKUTIF, SISA SATUUUU!!!!!" Guys, mahasiswa, yg baru wisuda, itu dengar kata eksekutif langsung ngerasa, "GUA PUNYA DUIT GAK YA?" wkwkwkwkwkk. Kebetulan aku juga gak narik duit cash dlu sblm ke stasiun, dan untungnya aku punya cukup duit cash buat bayar si eksekutif itu. Dicatat ya guys, itu juga bayarnya ada receh2 nya, a.k.a uang koiinnnnnnnn. Karena gak prepare duit buat masalah urgent kyk gini.

Si teteh bilang, "Lari ya teh, keretanya lagi persiapan, udah mau berangkat." Waahhhhh, itu tuh aku langsung buru-buru masukin dompet, tutup tas, trus ambil barang-barang dan lari pakai jurus hokage ke tiga (apasih neeellll nelll). Satpam yg ngelihat langsung kasih jalan, aku dikawal sampai pintu kereta. Puji Tuhan, i made it.

Di jakarta, aku nebeng di apartemennya sinta. Sekitar 3 atau 4 hari maybe? It was so nice. Di sana juga ada kak intan, sepupunya dia. Oh iya aku udah gak pernah ketemu kak intan lagi sejak saat itu. Jadi kangen. Soalnya aku mau interview dimasakin dulu sama si kak intan. Katanya aku harus makan dlu biar ada tenaga.

Apartemennya sinta kan ada di sunter jakarta utara tuh. Sementara kantornya ini ada di kuningan jaksel. Jauh banget ya kaaaaaaaaannnnnnnn. Waktu itu aku naik grabbike pulang balik. Belum ngerti sama yg namanya busway.

Dan yaaaa, sekarang aku udah satu setengah tahun as a tax consultant di perusahaan itu. Ya begitulah guys sepenggal dari cerita kita malam ini.

Tuhan mau kasih aku rencana apa lagi ya? Tuhan pengen aku ngerasain hal apa lagi ya? Tuhan pengen tunjukkan aku apa lagi ya?

Hmmm, lets see :)

Selasa, 31 Maret 2020

itidlya

surprise, akhirnya sampai juga.
di titik di mana aku sudah lega.

relax, pun tak apa jika beda.
hilang pada ujungnya akan terulang.

jika pada akhirnya "ya sudah" menjadi perkara, sayang, apa kau akan mencari? 

Sabtu, 28 Maret 2020

Tuan

"Halo", kataku. 
Menjawab dering telepon yang barusan kuterima. Tanpa nama. Hanya ada nomor dengan 12 angka.

"Bisa kita bicara sebentar?
Suara di ujung telepon mulai bersuara. Geming kata-kata yang terdengar di telinga mengingatkanku pada sesuatu yang sedikit samar. Tapi aku yakin seperti terhubung dengan masa lalu.

"Dengan siapa?" 
Aku bertanya dengan terpatah-patah seraya mencoba menebak siapa laki-laki ini.
Dia belum menjawab. Apa dia sedang berpikir? Atau tetiba dia lupa namanya? Mungkin dia seorang penipu? Atau karyawan bank yang akan menawarkan kartu kredit? 

Ku tarik nafas panjang. Aku tak suka hal yang tak jelas. Kuletakkan ponsel ku di atas meja, sesaat setelah kutekan tombol pengeras suara, agar aku bisa merapikan pakaian yang sejak tadi ingin ku susun ke dalam lemari. Ya, sambil menungguinya berbicara. 

"Apa kabar?" tanya dia lagi.
Aku mulai bingung. Dia bahkan tak menjawab pertanyaanku, sekarang justru melontarkan pertanyaan baru tentang keadaanku. Aneh.

"Kau bahkan tak menjawab pertanyaanku. Dengan siapa?" tanyaku lagi dengan semakin penasaran. 

"TUAN," jawabnya tanpa jeda.

Tuan? Tanyaku dalam hati. Pandanganku langsung kualihkan ke atas meja. Pakaian di tanganku jatuh berantakan. Ku basahi bibirku dengan lidah. Seketika aku merasa linglung. 

Tuan. Ku ulangi lagi kata itu di dalam hatiku. 
Tuan. Kemudian ku ulangi untuk kedua kalinya. 
Tuan. Dan ketiga kalinya.

"Tuan?" dan akhirnya aku bersuara.

"Apa kabar?" tanya dia lagi. Pertanyaan yang belum ku jawab beberapa detik yang lalu.

"Lama tidak berjumpa." jawabku. "Aku baik, selalu baik."

"Minggu depan akuuu,,,,,,," kemudian dia menjeda. "Menikah," sambungnya.

Aku terdiam. Kuangkat ponsel itu dari atas meja dan mematikan pengeras suaranya. "Minggu depan?" tanyaku. "Di mana?"

"Puncak.

"Aku akan datang."

Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Aku menoleh ke arah pintu, suamiku berdiri dengan senyuman.

"Sampai bertemu di pernikahanmu. Aku akan datang," kataku kepada tuan di ujung telepon.

Percakapan itu berhenti di sana. Naluriku, entah kenapa benar. Perasaan yang seakan mengingatkanku kepada masa lalu, ternyata benar. Tuan, laki-laki yang dulu ada di sampingku, hingga harus berpisah karena perbedaan. Sudah lama tidak bertemu. Mungkin sekitar lima atau enam tahun yang lalu.

"Minggu depan kita ke Puncak. Ada undangan pernikahan." kataku pada suamiku.

Dia mengangguk. Memelukku dengan erat seperti yang biasa dia lakukan setelah pulang kerja.

(bersambung)



PS: Cerita ini buah imajinasi yang muncul karena sebuah lagu berjudul "Wahai Tuan" dari Tiara Effendy.

Kamis, 19 Maret 2020

Apa yang kamu rindukan?

Mari kita mulai dari tanggal 26 Januari 2020. Waktu itu, ketiga saudaraku (Rio, Juli, Ian) mengajak bertemu di Central Park Mall. Karena janjiannya sore sekitar jam 4-an, aku otw sendirian dari Setiabudi sekitar pukul 3 menggunakan busway. I looooove busway. Aku bisa tahu banyak tempat dan nama-nama daerah di Jakarta karena busway. Pernah sampai ke Blok M, ke Kota Tua, Kalideres, Ragunan, which is itu semua adalah ujung-ujungnya rute busway.

Alright lets back to the topic. Setelah aku ketemu sama Rio, Juli dan Ian di Central Park, mereka nemanin aku untuk cari kado new year's gathering di kantor, yg which is pada akhirnya aku beli alarm clock dari miniso. Setelah itu kita kembali ke taman untuk nonton pertunjukan barongsai. Karena penontonnya padettttt bgt, dan aku gak bisa melihat dengan jelas, akhirnya kami memutuskan untuk duduk di sisi lain sambil menunggu kedatangan Bernard. Yupp, siang itu Bernard melakukan perjalanan dari Silangit ke Jakarta, dan menerima instruksi kami untuk langsung menyusul ke Central Park kalau udah nyampe di kosan. Beberapa saat kemudian, Bernard was finally there with us. And here is the beginning.

Corona Virus.

Saat itu aku duduk diapit oleh Rio dan Bernard. Lalu mereka ngobrol tentang corona virus yang saat itu aku masih belum tau itu apa. First of all, aku udah hengkang dari instagram. So i don't know anymore like almost every news. "Gak kau lihat rupanya di ig? Di situ banyak video kasus corona," Yah kira-kira begitulah pertanyaan Rio yang terheran-heran kenapa aku belum tau apa itu corona. Karena aku belum tau, Rio buka youtube dan mengenalkanku pada si corona ini. And the first response that i gave that time, obviously, i was shock. I mean, what the helllllll? Why is people falling down on the street and looks like a zombieeee? What is happeninggggggg?

I never imagine that the virus would coming to Jakarta, to Indonesia.

Besoknya, new year's gathering pun berlangsung di JW Marriot. Of course aku nyobain semua makanan yang bisa aku makan. Dari sushi, bakso, sosis ayam, sosis sapi, daging-dagingan, pizza, puding, ice cream, buah, dll yang aku udah gak ingat lagi.

Besoknya lagi setelah new year's gathering, aku ngerasa gak enak badan. Di kantor kyk udah ngerasa ada yang salah, badan kyk berasa mau remuk, meriang, pokoknya gak enak gitu. Besoknya lagi, aku ada meeting ke KPP dengan salah satu manager, kemudian ada Fajar, dan seorang pemeriksa pajak. Sepulang dari situ kita makan ke Kokas. Aku lupa deh kita makan apa, tapi yang pasti di situ aku udah ngerasa gak enak badan juga. Tapi aku gak bilang. Ya ngapain juga aku bilang-bilang. Managerku kyk nya ngeh kalau aku lagi ngerasa gak nyaman, tapi dia mikirnya karena aku kekenyangan. Dan aku pun meng-iya-kan kalau aku kekenyangan. As always, act like everything's fine. Dan memang pada saat itu aku gak terlalu menanggapinya dengan serius.

Harusnya, hari itu aku lembur. Tapi aku ijin untuk pulang lebih awal karena makin ngerasa ada yang salah.

29 Januari 2020

Pagi itu seperti biasa aku bangun untuk siap-siap ke kantor. Nah tapi waktu berdiri, mulai deh tuh pusing dan kyk ngerasa pengen jatuh. Jadi aku mutusin buat istirahat dulu dan ijin sakit ke sekretaris. Hari itu aku habiskan di tempat tidur. Paling bangun kalau mau ke toilet dan mau makan doang. Selebihnya benar-benar untuk tidur. Siangnya, nambah lagi nih, aku mulai diare. And i hate itttttttttt. Jadi kyk serentak menyerang dlm waktu yg sama antara pusing, meriang, batuk, demam, diare. Poor me. Sekitar jam 5 sore, which is itu adalah waktu pulang jam kantor, aku chat Bernard untuk beli garam dan gula, karena aku berencana bikin oralit (katanya bagus buat atasi diare dan emang aku udah pernah buktiin sendiri). Terakhir, aku pergi ke toilet lagi, dan saat itulah, there is something happened yg bikin aku buat keputusan, udah gak bener lagi nih, aku harus cek ke rumah sakit.

Aku nungguin Bernard pulang. Dan kita berdua pergi ke rs. Itu sekitar jam setengah 7. Kebetulan sore itu antriannya agak banyak, yang aku lihat sih kebanyakan adalah karyawan yg abis pulang kantor. Semua pakai maskerrrrrr. Dan sayangnya dokter yang lagi tugas juga agak tidak sebanding. Jadi aku nunggunya lumayan lah, hingga pada akhirnya dapat giliran sekitar jam 8. Cek cek cek, ternyata suhu ku udah sampai di 39 derajat. Dokter langsung gak bolehin aku pulang. Saat itu juga aku dirujuk buat opname. Bahkan aku mau pulang ambil pakaian aja udah gak dianjurkan lagi. "Semua disediakan rumah sakit. Pakaian juga ada," gitu kata si dokter. Setelah ngurus semua pendaftaran buat opname, aku akhirnya masuk ke ruangan sekitar hampir pukul 11 malam.

Singkatnya, setelah melalui beberapa tahap pengecekan, 2 hari setelah itu hasil test keluar. Aku didiagnosa mengalami bronchopneumonia duplex, atau dalam bahasa awam kita sebut sebagai infeksi paru-paru.

Oh ya, sebelum aku masuk ruang opname, aku ngabarin keluargaku bahwa aku harus opname, dan mereka (mama doang sih), paniknya luar biasa, apalagi setelah dengar biaya deposit yang terbilang cukup mahal di awal, jadi mereka mikirnya ini adalah masalah serius. Dan sempat berpikir bahwa "mungkin" / apakah "mungkin", aku....kena....corona?

Totalnya, aku opname di rs selama 5 hari. Huftt, akhirnya aku udah ngerasain gimana rasanya pakai infus. Tapi faktanya, aku di rs sangatttttttt ngerasa nyaman. I mean, aku gak punya keluhan berarti seperti sakit yg menyiksa atau apalah itu. Satu-satunya yang bikin aku gak nyaman cuma karena aku gak terbiasa dengan infus, jadi tangan kyk berasa kaku dan risih kalau mau gerak. Selebihnya, coba tanya Bernard, aku gak terlihat seperti orang yang sakit. Selera makan lancar (makanan rs enak kok guys), masih bisa nonton youtube, main game, bahkan belajar (not kidding).

Akhirnya aku pulang dari rs di hari minggu. Besoknya aku langsung ngantor. Dan hahahhaha, ternyata aku sempat dikhawatirkan kena si virus ini, karena gejalanya hampir sama. Kata dokter, infeksi paru ini memang lagi musim. Dan yaaaa, mungkin aku salah satu orang yang gak mau ketinggalan tren, sampai tren infeksi paru pun harus diikuti. Penyebabnya karena udara yang dihirup tidak baik, seperti polusi, asap rokok, dll. Juga karena aktivitas yg tidak seimbang dengan waktu istirahat dan olahraga. Heiiii, jgn bilang kalau banyak orang di luar sana yg tiap hari kena polusi dan asap rokok tapi gak kena infeksi paru-paru. Im telling you, badan tiap-tiap orang punya respon ketahanan yg beda-beda trhdp hal di sekitarnya. Tapi overall, sampai sekarang aku gak punya masalah dengan pernapasan. Kyk sesak dan sebagainya, itu sama sekali gak ada. Ya thats why i told you that im a truely wonder woman. Jadi kadang-kadang aku juga menyangkal kalau aku didiagnosa bronchopneumonia duplex. Is it possible that they have a wrong diagnosis?

Kondisi Terkini

Saat ini, 19 Maret 2020, kasus positif Covid-19 di Indonesia sudah mencapai 309 orang, di mana yg meninggal dunia ada 25 orang. Jakarta sangat keteteran. Hari minggu lalu  15 Maret 2020, Jokowi menginstruksikan dalam pidatonya agar masyarakat bisa bekerja di rumah, belajar di rumah, beribadah di rumah. Seninnya, kantorku langsung mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan untuk WFH (work from home) dan sudah berjalan dari hari selasa hingga 2 minggu ke depan.  Atau mungkin lebih. Menyesuaikan situasi dan kondisi ke depannya.

Omg, aku rindu masa-masa di mana bisa ke mana aja tanpa rasa takut dan waswas. Aku rindu masa-masa di mana gak usah pakai masker. Pergi CFD, nge-mall, nongkrong di JCO sampai tengah malam. Sekarang mah boro2 nongkrong, order grabfood aja udh harus langsung semprot hand sanitizer setelah terima makanannya. Oh ya satu lagi, kangen buswaaaayyyyyyy.

:(

Kalau kamu, apa yg kamu rindukan?