If reading is HOT and writing is COOL. Therefore, read my writing is an awesome thing.

Minggu, 01 Desember 2013

Aku yang Bisa Mereka Banggakan

Orangtuaku adalah orang hebat. Mereka guru, pekerja keras, dan aku sangat bangga kepada mereka. Kenalkan !! Aku adalah anak bangsa, putri Indonesia. Aku terlahir di tempat indah di Sumatera Utara. Itu surgaku. Danau Toba adalah emas kebanggaan kami. Aku anak pertama. Dan ..... Aku putri Batak.
Sewaktu kecil, aku telah sedikit tahu bahwa kami orang Batak, menganut sistem patrilineal. Marga itu diturunkan dari laki-laki.  Dan kami yang perempuan, ibaratnya harga jualnya itu tidak setinggi anak laki-laki. Motivasiku yang pertama adalah itu. Bahwa aku bisa bersaing dengan mereka. Aku memulai pendidikanku di bangku TK. Berlanjut ke bangku Sekolah Dasar, kelas satu sampai kelas tiga aku selalu mendapat peringkat juara di dalam kelas. Tapi setelahnya, nilai-nilaiku mulai merosot hingga tamat dari sana. Dan perjuanganku yang sesungguhnya kumulai sejak aku memasuki masa putih biru. Tanggung jawabku mulai besar di sini. Karena di mana aku SMP, ibuku mengajar di sana. Sebagai anak pertama, aku punya tanggung jawab besar sebagai pedoman kepada ketiga adikku. Mama pernah bilang, kalau aku gagal, ketiga adikku pun akan gagal. Sebaliknya, kalau aku sukses, kemungkinan besar mereka pun akan mengikuti jejak yang sama.
Ada banyak beban yang sebenarnya kupikul di pundakku. Semakin aku dewasa, semakin kumengerti betapa mahalnya arti sebuah pendidikan. Aku terlahir bukan di keluarga yang serba berkecukupan. Kedua orangtua adalah guru. Kadang miris sebenarnya, melihat setiap perjuangan mereka untuk menyekolahkan keempat anaknya. Sering kudengar dari mereka tentang uang belanja yang tidak cukup atau bahkan gaji yang dipotong dengan utang. Tapi hebatnya, mereka tidak pernah mengeluh tentang uang sekolah kami. Padahal kami semua disekolahkan di sekolah swasta sejak TK sampai SMP. Mengingat uang sekolah swasta yang tidak main-main mahalnya, aku yakin pantas untuk mengacungkan jempol kepada orangtuaku tercinta.
Itulah alasan kuat kenapa aku harus menghadiahkan kesuksesan kepada orangtuaku. Bukankah tugas seorang anak itu adalah membahagiakan orangtuanya? Aku sangat sadar mereka telah membesarkanku sejak kecil hingga sekarang. Kenapa susah untuk membalas semua itu? Ditambah lagi aku adalah anak pertama. Masih ada tiga adik yang selalu melihat ke atas untuk mencontoh jejak dari seorang kakak, panutan mereka. Aku ingin sekali membuat bangga keluarga, terutama orangtuaku.
Di masa putih biruku, aku sadar tentang semua tenaga yang kuporsir demi kesuksesan di masa itu. Seringkali aku menggunakan waktu tidurku untuk belajar, belajar, dan belajar. Terkadang mama akan setia menemaniku. Bahkan sampai tertidur ketika mengawasiku mengerjakan tugas sekolah yang menumpuk. Hanya secuil dari hasil keringat itu, tiap semester aku memang selalu membawa pulang piagam penghargaan di pengumuman juara. Baik itu juara kelas atau juara umum. Begitu juga di masa putih abu-abu. Bahkan kurasa semakin keras perjuangan itu.
Seiring berjalannya waktu, tibalah saat-saat yang mendebarkan bagi semua anak kelas dua belas. Beberapa bulan yang lalu, tepatnya pada hari pengumuman SNMPTN, aku merasa bahwa semua perjuanganku sudah terbayar dengan sempurna. Aku melihat pengumuman itu bukan bersama orangtua atau saudara siapa pun. Posisiku saat itu adalah di ibukota, mengikuti bimbingan belajar intensive. Siapa yang mengira aku lulus seleksi itu? Memang benar, Tuhan akan membukakan pintu keberhasilan kepada siapa yang berusaha dengan tekun. Kurasa Dia begitu baik.
“Tidak ada yang mahal untuk pendidikan. Kami akan perjuangkan apa pun demi kesuksesanmu,” kata Bapakku sewaktu kami tahu uang Rp 13 juta harus dibayarkan untuk UKT pertama. “Tugasmu hanya berusaha untuk meraih cita-citamu sendiri, untuk kebahagiaanmu, panutan kepada adik-adikmu.”  Aku mendengar semua kata-kata hebat itu disertai dengan barisan air mata semangat dan kepuasan. Rasa bahagia mengucur sempurna dekat nadiku. Sampai sekarang benar masih tersimpan rapi dalam memori.

Sekarang aku ada di sini. Sebagai seorang mahasiswi FIA Perpajakan UB. Aku berjanji pada orangtuaku, pada keluargaku, dan pada diriku sendiri. Aku akan membawa kesuksesan itu pulang ke hadapan mereka. Mengukir jejak yang indah yang pantas untuk ditiru oleh ketiga adikku. Karena aku, adalah anak pertama yang keluargaku bisa banggakan.

0 komentar:

Posting Komentar