Orangtuaku
adalah orang hebat. Mereka guru, pekerja keras, dan aku sangat bangga kepada
mereka. Kenalkan !! Aku adalah anak bangsa, putri Indonesia. Aku terlahir di
tempat indah di Sumatera Utara. Itu surgaku. Danau Toba adalah emas kebanggaan
kami. Aku anak pertama. Dan ..... Aku putri Batak.
Sewaktu
kecil, aku telah sedikit tahu bahwa kami orang Batak, menganut sistem
patrilineal. Marga itu diturunkan dari laki-laki. Dan kami yang perempuan, ibaratnya harga
jualnya itu tidak setinggi anak laki-laki. Motivasiku yang pertama adalah itu.
Bahwa aku bisa bersaing dengan mereka. Aku memulai pendidikanku di bangku TK.
Berlanjut ke bangku Sekolah Dasar, kelas satu sampai kelas tiga aku selalu
mendapat peringkat juara di dalam kelas. Tapi setelahnya, nilai-nilaiku mulai
merosot hingga tamat dari sana. Dan perjuanganku yang sesungguhnya kumulai
sejak aku memasuki masa putih biru. Tanggung jawabku mulai besar di sini.
Karena di mana aku SMP, ibuku mengajar di sana. Sebagai anak pertama, aku punya
tanggung jawab besar sebagai pedoman kepada ketiga adikku. Mama pernah bilang,
kalau aku gagal, ketiga adikku pun akan gagal. Sebaliknya, kalau aku sukses,
kemungkinan besar mereka pun akan mengikuti jejak yang sama.
Ada
banyak beban yang sebenarnya kupikul di pundakku. Semakin aku dewasa, semakin
kumengerti betapa mahalnya arti sebuah pendidikan. Aku terlahir bukan di
keluarga yang serba berkecukupan. Kedua orangtua adalah guru. Kadang miris
sebenarnya, melihat setiap perjuangan mereka untuk menyekolahkan keempat
anaknya. Sering kudengar dari mereka tentang uang belanja yang tidak cukup atau
bahkan gaji yang dipotong dengan utang. Tapi hebatnya, mereka tidak pernah
mengeluh tentang uang sekolah kami. Padahal kami semua disekolahkan di sekolah
swasta sejak TK sampai SMP. Mengingat uang sekolah swasta yang tidak main-main
mahalnya, aku yakin pantas untuk mengacungkan jempol kepada orangtuaku
tercinta.
Itulah
alasan kuat kenapa aku harus menghadiahkan kesuksesan kepada orangtuaku.
Bukankah tugas seorang anak itu adalah membahagiakan orangtuanya? Aku sangat
sadar mereka telah membesarkanku sejak kecil hingga sekarang. Kenapa susah
untuk membalas semua itu? Ditambah lagi aku adalah anak pertama. Masih ada tiga
adik yang selalu melihat ke atas untuk mencontoh jejak dari seorang kakak,
panutan mereka. Aku ingin sekali membuat bangga keluarga, terutama orangtuaku.
Di
masa putih biruku, aku sadar tentang semua tenaga yang kuporsir demi kesuksesan
di masa itu. Seringkali aku menggunakan waktu tidurku untuk belajar, belajar,
dan belajar. Terkadang mama akan setia menemaniku. Bahkan sampai tertidur
ketika mengawasiku mengerjakan tugas sekolah yang menumpuk. Hanya secuil dari
hasil keringat itu, tiap semester aku memang selalu membawa pulang piagam
penghargaan di pengumuman juara. Baik itu juara kelas atau juara umum. Begitu
juga di masa putih abu-abu. Bahkan kurasa semakin keras perjuangan itu.
Seiring
berjalannya waktu, tibalah saat-saat yang mendebarkan bagi semua anak kelas dua
belas. Beberapa bulan yang lalu, tepatnya pada hari pengumuman SNMPTN, aku
merasa bahwa semua perjuanganku sudah terbayar dengan sempurna. Aku melihat pengumuman
itu bukan bersama orangtua atau saudara siapa pun. Posisiku saat itu adalah di
ibukota, mengikuti bimbingan belajar intensive. Siapa yang mengira aku lulus
seleksi itu? Memang benar, Tuhan akan membukakan pintu keberhasilan kepada
siapa yang berusaha dengan tekun. Kurasa Dia begitu baik.
“Tidak
ada yang mahal untuk pendidikan. Kami akan perjuangkan apa pun demi
kesuksesanmu,” kata Bapakku sewaktu kami tahu uang Rp 13 juta harus dibayarkan
untuk UKT pertama. “Tugasmu hanya berusaha untuk meraih cita-citamu sendiri,
untuk kebahagiaanmu, panutan kepada adik-adikmu.” Aku mendengar semua kata-kata hebat itu
disertai dengan barisan air mata semangat dan kepuasan. Rasa bahagia mengucur
sempurna dekat nadiku. Sampai sekarang benar masih tersimpan rapi dalam memori.
Sekarang
aku ada di sini. Sebagai seorang mahasiswi FIA Perpajakan UB. Aku berjanji pada
orangtuaku, pada keluargaku, dan pada diriku sendiri. Aku akan membawa
kesuksesan itu pulang ke hadapan mereka. Mengukir jejak yang indah yang pantas
untuk ditiru oleh ketiga adikku. Karena aku, adalah anak pertama yang
keluargaku bisa banggakan.
0 komentar:
Posting Komentar