Dear Past, Thank You for All The Lesssons

There is no time to see backwards. Your future is still pure enough.

The only thing worse than being blind is having sight but no vision

When something bad happens, you have three choices. You can either let it define you, let it destroy you, or you can let it strengthen you.

Do You Know? You are Your Own Hero. Be Brave!

Don't die from a broken heart.

It is Never Too Late to be What You Might Have Been

If you were not happy with yesterday, try something different today. Don't stay stuck.

Things Work Out Best for Those Who Makes The Best of How Things Work Out.

Just believe in yourself. Even if you don't, pretend that you do, and at some point, you will.

If reading is HOT and writing is COOL. Therefore, read my writing is an awesome thing.

Kamis, 28 Mei 2015

Essay for Applying XL Future Leaders 2015 (dibuang sayang)

Saya bergabung dalam kepanitiaan acara English Parade 2015. Itu adalah sebuah kompetisi Debat Bahasa Inggris Nasional yang diselenggarakan oleh organisasi saya di fakultas, Administration English Club. Dalam kepanitiaan tersebut, saya menjabat menjadi seorang koordinator dari divisi LO (Liaison Officer). Divisi ini sendiri adalah suatu divisi yang disebut-sebut sebagai divisi paling berpengaruh dan merupakan cermin dari seluruh panitia English Parade. Tugas LO antara lain adalah memoderatori dan membawa jalannya proses debat. Karena kami adalah panitia yang berhadapan secara langsung dengan para debater-nya, itu mengapa kami disebut sebagai cermin dari kepanitiaan ini. Divisi LO merupakan divisi yang mempunyai staf yang paling banyak. Saya sendiri mempunyai 16 staf yang harus saya latih selama kurang lebih 2 bulan. Memimpin banyak anggota ternyata sedikit banyak mempunyai tantangan. Banyak suka dukanya di sana. Tetapi yang paling saya rasakan justru tentang sukanya. Saya banyak memetik pelajaran dari sini. Semuanya bukan hanya bercerita tentang usaha saya dalam melatih kecakapan mereka menjadi seorang chair person atau time keeper dalam suatu sesi debat, melainkan tentang kebersamaan. Lebih banyak saya menganggap mereka sebagai anak, bukan sebagai staf. Saya merasa bahwa mereka adalah tanggung jawab saya. Satu minggu sebelum acara berlangsung, saya harus pergi ke Depok untuk mengikuti kompetisi Newscasting di UI, dan terpaksa meninggalkan mereka, yang seharusnya malah di satu minggu terakhir inilah latihan mereka diperbanyak. Keputusan akhirnya adalah saya mengkoordinir mereka untuk simulasi tanpa saya dengan terus memantau perkembangan mereka di sela-sela kesibukan saya di Depok. Saya pikir menjadi seorang pemimpin itu bukan hanya tentang bagaimana usaha kamu untuk mencapai tujuan kelompokmu, tapi juga tentang bagaimana kamu bisa bertanggung jawab dan berbaur sebagai satu kesatuan tim yang utuh.

Selasa, 26 Mei 2015

Bahkan tak kukira aku akan sebaik ini setelah masa itu beranjak pergi dari benakku

Mungkin memang kau masih menginginkanku untuk kembali. Kau berpikir untuk mengulang kisah kita dan berharap semua kenangan itu bisa kita terjemahkan lagi untuk hari ini, esok dan selamanya. Tapi cara yang kau ciptakan begitu buruk sayang. Kupikir kau belum bisa mengerti apa yang kumau, atau malah tak akan pernah bisa. Kau memperlakukan masa itu dengan begitu baik di awalnya. Hingga aku merasakan sendiri pahit yang kau bawa ketika akhirnya kau kikis habis semua rasa pedulimu padaku. Aku tak bisa pertahankan. Ketika semuanya berubah menjadi sebegitu buruknya, bukan saja aku merindukan semua kasih dan sayang itu, tapi aku juga mengasihani diriku sendiri. Yang selalu merasa tak diistimewakan lagi olehmu yang dulu selalu memperlakukanku betul dengan sangat baiknya.

Aku tak mau sia-sia. Hanya itu saja. Kau bahkan tega melakukannya tepat di depanku. Di mana bentuk penghargaanmu padaku?

Tapi tak seperti ini sayang. Kau terlalu banyak memuji dirimu. Dengan semua yang pernah kau berikan dulu, kau pikir itu begitu menjamin perasaanku untuk selalu tak bisa beranjak darimu. Bangun sayang. Kau terlalu egois. Kau coba menyombongkan semua yang kau punya. Berharap bisa memenangkan kembali hatiku tanpa kau coba memahami seperti apa keadaanku saat ini tanpamu.

Hidupku sudah berbeda. Aku sudah berbeda sayang. Kau yang meminta ini. Kau yang menciptakan semua ini. Kau bilang kau ingin aku untuk menjadi lebih kuat. Tak lemah saat kisah itu memang akan lenyap seperti yang kau maksudkan. Sepertinya kau tak menyangka aku bisa berlari secepat itu untuk kemudian bisa bangkit dan pergi melarikan diri dari bayanganmu. Kau salah besar sayang.

Aku bahkan tak pernah mengira bahwa aku akan baik-baik saja setelah semua itu terjadi. Sejak malam di hari sabtu itu. Kekhawatiran pertamaku kemarin adalah tentang siapa yang akan menggantikanku. Tentang siapa yang akan menjadi pasangan barumu. Kau tak pernah tahu selepas apa air mata yang kutangiskan karena terbawa arus pikiran itu. Sementara mungkin di saat itu tak banyak kau memikirkanku. Lebih sibuk sendiri dengan teman-teman dan duniamu. Ya, dunia selain diriku. Sekarang aku berbeda sayang. Aku bukan yang dulu lagi. Seluruh kalut yang pernah ada dulu, mereka sudah pergi digantikan oleh tawa lepas bersama dunia baruku. Kini aku tak takut sendiri lagi. Bahkan telah kunikmati dengan mantab hidupku kini. Kesibukanku, teman-temanku, perjalananku, mereka semua lebih menarik perhatianku ketimbang bayanganmu.

Silakan beranjak mundur. Aku tak harapkan kau terus menunggu di gerbang penantian itu. Cari yang ingin kau cari. Lakukan yang kau suka. Semuanya akan lebih baik tanpa kekanganku lagi. Tanpa kuperingati lagi bahwa aku tak suka dengan apa yang kau rasa menarik. Kau yang putuskan jalanmu kini tanpa harus sedikit pun aku akan turut campur tangan dengan pilihanmu sendiri.

Aku tak mau banyak hal akan terjadi dengan resiko yang lebih besar. Perbedaan itu terlalu sukar untuk kita berdua rubuhkan jika prinsip kita berdua sama-sama teguh dan tak ingin mengalah. Akan ada saatnya sayang, kita akan bertemu kembali tanpa ada rasa dalam benakku untuk memilikimu lagi, atau sekedar untuk menyentuh tanganmu lagi.

Terkadang aku rindu. Tapi aku tahu pasti apa yang kurindukan. Setelah sekian lama aku belajar mengiklaskan, aku betul paham bahwa bukan dirimu yang dibawa datang dalam masa kerinduanku itu. Tapi kenangan. Cuma kenangan itu.