Siang itu saat suasana kelas sudah semakin sepi, teman-teman yang lain mulai berpulangan dan meninggalkan bangkunya. Aku masih duduk di bangku milikku, yang kutahu aku memandang ke bawah, seragamku masih berwarna putih-putih, dan dinding kelasnya juga berwarna putih. Aku duduk di lorong kedua dari pintu, kira-kira di bangku barisan ke empat dari depan. Kemudian seseorang datang dari belakangku, menyuapi sesuap mie gomak langsung dengan tangannya, tanpa sendok. Kuangkat kepalaku dan kulihat wajahnya, kurasa itu David. Sekilas kulihat juga kau melewati bangkuku dari sebelah kanan. Lalu aku bertanya pada David, "Masih halalkah mie ini?" Haha.
Masih mengunyah mie itu, kau tiba-tiba datang dan duduk di bangku di depanku. Menghadap ke belakang dan melihatiku dengan senyuman. Sesekali mie itu tumpah dan kutampung dengan tangan, tapi aku sangat santai, tak sedikit pun malu meskipun kau masih melihatiku. Kemudian kau berdiri dan berhenti di samping kiriku, tepat sekali dekat dengan tanganku. Kau membungkuk, mengarahkan wajahmu ke wajahku, semakin dekat. Kau bilang, "Sehabis ini mau ke mana?" Lalu kujawab aku akan segera pulang, mungkin sebentar lagi. "Biar kita pulang berdua siang ini." Aku dengar kau bilang begitu padaku. Lalu kau menyambungnya lagi, "Hari ini kita pergi ke mana?" Yang terlintas di pikiranku adalah pegunungan dengan belerang, sejauh aku memandang semuanya hanya berwarna putih, dan hanya ada kita berdua, karena aku memang sangat ingin kita jalan hanya berdua, cuma aku dan kamu.
Setelah aku berhenti berkhayal, kelas sudah benar-benar sepi. Sekarang yang tertinggal cuma aku. Tak ada siapa pun lagi di sana, tak ada David, bahkan kamu yang tadi berdiri di sampingku. Kemudian aku pulang, aku pulang sendirian. Yang kuingat, aku pulang dari jalan yang tak biasa. Di mana-mana hanya ada kebun teh. Aku sedikit cemas tak bisa menemukan jalan keluar dari sana, kemudian aku berlari dengan kencang. Tiba-tiba aku terhenti, ada sebuah jaket di atas dahan-dahan teh itu, kuambil dan kulanjutkan perjalananku.
Sebentar kemudian kurasa aku sudah menemukan jalan keluar. Dan aku tak tahu jalan apa yang kulihat itu. Sama sekali tak mengenalinya. Dari tempatku berdiri, kulihat tiga motor melaju kencang melewatiku, yang kulihat kau mengendarai motor yang terakhir, motor hitam besar mirip motor polisi. Aku langsung berpikir kalau kau datang untuk menjemputku ke kelas yang tadi, padahal aku sudah pulang, kita tak akan jadi pulang berdua siang ini. Aku bergerak lagi keluar dari kebun teh itu, lalu Jefri dan Miduk lewat lagi dengan motor. Kali ini mereka melaju dengan lambat. Aku memanggilnya, dan mereka berdua berhenti tepat di depan sebuah warung di ujung kebun teh itu. Jefri bertanya,"Ngapain di sini? Samuel menjemputmu." Karena bingung, aku jadi menjawab, "Aku haus mau cari minuman." Mendengar itu dia langsung membelikanku minuman di warung di depan kami, kemudian bertanya lagi, "Cuma ini?" Lalu kusambung, "Aku juga mau roti kacang hijau, tiga." Miduk cuma berdiri dengan tatapan yang kurasa dia tak suka denganku. Pandangannya tak enak.
Selesai itu, aku tak ingat apa-apa lagi.
Dan akhirnya aku terbangun, jadi itu cuma mimpi.
0 komentar:
Posting Komentar