If reading is HOT and writing is COOL. Therefore, read my writing is an awesome thing.

Senin, 23 Februari 2015

Tak pernah bercerita, mungkin itulah salahku!

Bukan karena kami saling menyurangi. Bukan karena perempuan atau laki-laki lain yang kami cintai. This is a complicated case. Kadang aku gak mengerti sama semua jalan cerita ini. Kenapa awalnya semua terlihat baik-baik saja tanpa setitik cela? Tanpa ada luka? Aku pikir masalah kita sekarang adalah komunikasi yang buruk. Akhirnya aku tahu setelah empat bulan atau lebih kita sudah lama tak saling beri kabar. Hal terparah yang kurasakan bahkan tak ada sapaan di hari Natal dan Tahun Baru. Oh Tuhan aku cuma dapat satu pesan broadcast. Keadaan yang memburuk di antara kita tidak sengaja mengajarkanku untuk terbiasa tanpa kehadiranmu. Apa pun itu. Mulanya aku masih berapi-api saat mendengar namamu disebut. Sampai akhirnya di satu tahun anniversary kita pun aku sudah tak merasakan apa-apa. Mungkin aku terlatih. Mungkin sudah sampai pada puncaknya. Panggilan di ujung telepon yang kuterima rasanya sudah sangat biasa saja. Tapi apa kamu pernah tahu itu? Tidak kan?

Selain tak mengerti pada jalan pikiranku sendiri, jujur aku pun tak mengerti lagi semua tentang kamu. Siapa kita? Aku bahkan tak mengingat lagi bagaimana dulu kau mengejar-ngejarku. Apa betul aku yang egois? Apa aku memang selalu salah menyikapimu sehingga kau selalu bilang aku tak pernah bisa menerimamu seperti apa adanya? Sayang aku cuma pengen yang terbaik untukmu. Bukan untuk menghalang-halangi kebahagianmu tapi sedikit saja tolong mengerti posisiku juga. Mungkin aku yang salah. Aku telah tak berhasil memenangkan hatimu. Aku tak cukup hebat dan tak cukup menarik ketimbang hiburanmu. Ketimbang teman-temanmu. Seperti aku bukan apa-apa kan? Kupikir waktu yang kau punya harusnya lebih banyak untukku. Bukannya kau habiskan dengan duniamu sendiri sehingga selalu lupa mengabariku.

Seseorang bilang kau akan datang ke sini dengan tujuan utama untuk menjumpai aku. Tidak, aku tak pernah percaya itu. Bagaimana bisa itu memang tujuan utamamu saat kau sudah sampai di sini pun aku tak tahu? Surprise huh? Kurasa tidak ada surprise. Semuanya hanya untuk liburanmu. Semuanya hanya untuk teman-temanmu. Tak ada sisa waktu untukku.

Miris. Malam itu aku memaksakan pulang ke Malang saat sedang berada di Paralayang dengan teman-temanku. Aku pikir kita bisa ketemu. Sampai sekarang aku jamin kamu belum bisa menebak kenapa aku membatalkan janji di malam itu kan? Bukan karena aku tak mengerti dengan diriku sendiri. Tapi karena aku tak berani ambil resiko. Pasti aku tak akan menemukan zona nyamanku di tengah teman-temanmu. Mungkin tangisanku saat itu lebih menyalahkan diriku sendiri. Aku tak cukup berani merebut perhatianmu dari mereka. Teman-temanmu telah mencurimu dariku. Meskipun aku tak pernah bilang. Dan memang itulah salahku. Tangisanku, semua air mata itu jelas untuk diriku. Untuk semua kebodohanku.

Perjalanan ke Bromo kupikir akan memperbaiki semuanya. Memelukmu dalam dingin adalah sesuatu yang sampai saat ini membuatku sulit bernafas ketika tiba-tiba aku mengingatnya kembali. Mungkin aku sedikit beruntung tak ada foto kita yang kubawa pulang. Setidaknya agar aku sedikit tertolong dalam proses melupakan kita. Hhhhhh.... Aku bahkan tak tahu kenapa terasa sangat canggung menyebutkan kata “kita”. Beristirahat di bahumu. Oh Tuhan seandainya aku bisa mengulang itu kembali. Jujur aku rindu. Aku betul aku rindu. Meskipun saat kau membaca ini kau pikir aku membencimu, tapi tidak, aku justru lebih banyak menyalahkan diri. Aku lebih banyak salah. Aku tak pernah bercerita. Terlalu tertutup mungkin.

Sayang aku selalu bilang aku seorang wonder woman. Ingat kan? Tapi bisakah kau memahami bahwa aku tak sesuper perkataanku? Aku punya banyak kelemahan dan tak pernah kau bertanya tentang apa yang kurasakan, apa yang kumau. Coba ingat berapa kali aku pernah menolak ajakanmu. Tak pernah. Aku bahkan selalu mengedepankanmu di setiap kepentinganku yang lain. Sayang aku juga punya teman. Bukan aku tak sayang terhadap teman-temanku. Jangan berkata lagi, karena mereka seperti keluarga untukku. Tapi aku juga bisa menganggapmu penting di depan mereka. Bahkan terkadang membela kepentingan kita. Membagimu waktuku di atas waktuku dengan mereka. Seandainya aku bisa mendapatkan yang seperti kulakukan untukmu itu darimu. Tapi aku tahu semuanya sudah tak ada arti.

Aku ingat pertama kali kita saling sepakat untuk memutuskan hubungan. Hujan turun begitu derasnya. Dan seminggu yang lalu itu pun terulang kembali. Malam minggu cuma sekedar nama. Valentine juga cuma sekedar simbol. Hujan-hujan kau menjemputku ke kosan dan entah perbincangan apa yang kita bicarakan itu aku pun tak tahu. Yang kutahu aku ragu dengan kita setelah kau berikan gambaran masa depan yang kau mau. Sangat jauh dari apa yang kuinginkan. Tapi kamu yang pertama menawarkan perpisahan. Mencoba menahanmu sehingga setidaknya kita bertahan sampai hari valentine itu berlalu. Dan aku tahu aku tak pernah berhasil membujukmu. Selalu gagal memenangkan hatimu. Sabarlah sayang, setidaknya kau tak membuat valentine setahun yang lalu begitu berbanding terbalik dengan valentine tahun ini. Jadi karena memang aku sudah tak bisa menahan, kemudian apa lagi? Ya sudah kita sampai di situ. Ada yang ingin kau katakan lagi?


Rasanya baru semalam itu aku memandangimu tertidur lelap di pangkuanku. Rasanya masih bisa kurasakan bagaimana piawainya jari-jariku memainkan helaian rambutmu. Tapi sekarang semuanya tinggal memori. Memori yang akan kusimpan sendiri sampai kau akan temukan pengganti. Baru mungkin aku akan menghapusnya perlahan. Atau bahkan terserah pada waktu, karena mungkin aku memilih untuk selalu menyimpannya untuk diriku sendiri. Jadi pilihlah yang tidak sepertiku. Carilah yang bisa memenangkan hatimu. Dan berilah waktumu seperti kau menganggapnya yang terpenting dalam hidupmu. Mungkin aku akan tetap di sini. Mencoba menyendiri dulu untuk kemudian bisa terbang dan lalu seseorang akan temukanku. Seseorang yang bisa menciptakan zona nyaman untukku. Yang tahu aku butuh waktu darinya dan yang mengerti aku tak setegar yang selalu kupura-purakan. Anyway, thanks :’)

0 komentar:

Posting Komentar