Gak semua orang di sekeliling kita sih yang bisa sepikiran dengan kita. Bahkan mereka yang kita anggap dekat aja kadang berpikir kalau kita gak ngambil jalan yang tepat sesuai dengan yang mereka pikir benar. Mungkin di postinganku sebelumnya, aku udah jelasin gimana halangan dan perjuangan yang sedang aku hadapi sekarang mengenai skripsi. Banyak yang mengerti, banyak yang paham betul bahwa itu gak mudah. Tapi masih ada aja beberapa orang yang menganggap halangan-halangan itu sebetulnya datang dari saya sendiri. Mereka menganggap sayalah penyebabnya. Saya berterima kasih sekali buat semua yang udah coba mengerti, kasih pemahaman, dukungan dan doa. Dan buat yang tidak bisa mengerti, baiklah, saya yang akan coba mengerti kalian. Bahwa mungkin kita punya pandangan berbeda yang tak bisa dipungkiri.
Garapan skripsi saya sudah berusia lebih dari satu tahun. Di saat saya sedang merayakan satu tahun tersebut dengan kesabaran, saya harus menerima bahwa teman-teman seperjuangan saya di sana justru sudah punya penghasilan. Sekarang saya sudah lebih kuat dibanding saat-saat pertama di-PHP-in dosen. Dulu saya sering nangis. Gak peduli lagi sama rasa malu ketika harus dilihat sama teman-teman kosan sehabis pulang dari kampus karena lagi-lagi kecewa sama dosen. Mungkin merekalah saksi seberapa sering saya pergi ke kampus dan pulang dengan sia-sia. Ya, selain teman-teman bimbingan yang juga senasib dengan saya.
Dengan semua yang udah aku lalui, sedih sih, ketika masih ada beberapa orang yang bicara tidak baik tanpa tau yang sebenarnya. Beberapa bulan yang lalu, aku pergi ke Bandung. Kuakui, sangat aku akui, bahwa tujuanku ke sana memang untuk liburan. Dan posisinya pada saat itu aku memang gak punya jadwal bimbingan. Aku sedang tidak bisa bimbingan karena beberapa alasan yang logis. Haruskah semua detail apa yang terjadi kuberitahukan ke semua orang? Sedih, ketika liburan ke Bandung itu, aku dengar beberapa orang yang menyayangkan kepergianku. Beberapa orang yang menyalahkan saya karena dianggap terlalu berani untuk pergi berlibur dan meninggalkan skripsi.
Maksudnya gini lho, aku cuma orang biasa yang butuh rehat beberapa waktu tanpa berniat sedikit pun untuk menelantarkan si skripsi itu. Karena posisinya pada saat itu memang sedang memungkinkan untuk aku pergi, berhubung gak ada jadwal bimbingan buat aku pada saat itu. Toh kalau aku di Malang, aku juga gak bisa temui si dosen. Orangtuaku malah yang ngasih ijin buat aku berangkat ke Bandung, dan di sana pun aku menjumpai keluarga, yang notabene adalah adikku sendiri. Tapi sedih ya, ada omongan-omongan orang di luar sana yang langsung judge aku tidak peduli sama tanggung jawab skripsi hanya karena berdasarkan foto-foto dan snapgram yang aku post di instagram. Apa orang yang skripsian gak boleh liburan? Orang yang skripsian gak boleh posting instagram ya? Sedih sih sedih.
Nah, sejak saat itulah ke-ansos-an ku dimulai. Rasanya gak adil banget kalau orang lain bisa segampang itu menilai kehidupan kita hanya dari postingan yang ada di media sosial. Akhirnya aku memutuskan untuk uninstal instagram, memutuskan offline untuk waktu yang lama. Kehidupan dunia online berat. Sangat tidak sehat. Omongan orang bisa segampang itu membuat aku down, kepikiran, jujur aja.
Bulan November, mama mulai tanya-tanya apa aku pulang atau gak. Satu setengah tahun. Satu setengah tahun sudah aku gak pulang ke rumah dan katanya mama rindu. Aku selalu bilang, aku belum bisa pulang, jaga-jaga kalau semisal ada keajaiban dan aku bisa bimbingan ke dosen. Beruntung aku punya keluarga yang mengerti dan tidak pernah memaksakan aku harus buru-buru kelar. Mereka selalu bilang Tuhan punya rencana. Awal Desember, bapak minta kami semua pulang ke rumah. Bapak rindu tahun baruan di kampung, di rumah oppung di Sibolga. Dan itu perintah. Bapak bilang itu perintah buat kami semua. Untuk itu, aku memilih keberangkatan tanggal 30 (akhir bulan banget), lagi-lagi, untuk jaga-jaga siapa tau bisa bimbingan ke dosen. Dan lagi-lagi pula, beberapa kali aku mencoba menghadap dan pulang dengan sia-sia. Sempat nyesal juga, kalau tau gitu, mending aku pulang sebelum tanggal 25 supaya bisa natalan di rumah.
Sebelum kepulanganku, aku sempat berpikir, aku ke Bandung aja dikatain, apalagi pulang ke rumah. Dan benar, omongan-omongan itu datang lagi. Ada orang yang menyalahkan kepulanganku padahal skripsi belum kelar. Tapi kali ini aku lebih santai sih. Orang mau bilang apa juga silakan. Tapi sedih juga hehe.
Setelah ke-ansos-an ku yang meninggalkan instagram dan banyak pc line yang gak ku read, sekitar 4 bulan setelahnya, aku mulai coba login ig lagi. Postingan pertama yang ku upload setelah 4 bulan offline, menghasilkan banyak dm yang masuk ke ig ku. Banyak yang tanya selama ini ke mana aja? Kok gak pernah kelihatan? Biasanya aktif kok tiba-tiba ngilang? Kirain udah nikah? Dll bla bla bla la la la.
Aku minta maaf sama semua yang kena imbas ke-ansos-an ku. Yang pc line nya gak dibalas bahkan gak diread sama sekali, yang dm di ig tapi gak dibalas, aku benar-benar minta maaf. Aku juga terima kasih buat semua yang udah coba ngerti, yang paham betul bahwa menghadapi problem ini tuh gak mudah. Dan buat yang cepat mengambil kesimpulan, aku tau bahwa mungkin pemikiran kita berbeda. Mungkin kalian ketika dihadapkan problem sepertiku, kalian tidak butuh rehat sejenak, tidak butuh liburan, dan akan kuat menghadapinya setiap hari. Tapi gak semua orang sama. Aku melewatinya dengan cara yang berbeda dari yang kalian anggap benar. Jadi mohon banget sih jangan menuai omongan-omongan sedih hehe. Gak baik ngatain kehidupan orang cuma berdasarkan foto dan postingan lain di media sosialnya. Kasihan, orang-orang sensitif yang cepat down karena mikirin omongan orang. Gak semua sih kekuatan emosi tiap-tiap orang tuh sama. Saya sudah mengalami sedihnya. Yaaaaa, jangan ada orang lain gituuuuu yang ngerasain kyk saya lagi. Itu aja hehe.
0 komentar:
Posting Komentar