If reading is HOT and writing is COOL. Therefore, read my writing is an awesome thing.

Kamis, 19 Maret 2020

Apa yang kamu rindukan?

Mari kita mulai dari tanggal 26 Januari 2020. Waktu itu, ketiga saudaraku (Rio, Juli, Ian) mengajak bertemu di Central Park Mall. Karena janjiannya sore sekitar jam 4-an, aku otw sendirian dari Setiabudi sekitar pukul 3 menggunakan busway. I looooove busway. Aku bisa tahu banyak tempat dan nama-nama daerah di Jakarta karena busway. Pernah sampai ke Blok M, ke Kota Tua, Kalideres, Ragunan, which is itu semua adalah ujung-ujungnya rute busway.

Alright lets back to the topic. Setelah aku ketemu sama Rio, Juli dan Ian di Central Park, mereka nemanin aku untuk cari kado new year's gathering di kantor, yg which is pada akhirnya aku beli alarm clock dari miniso. Setelah itu kita kembali ke taman untuk nonton pertunjukan barongsai. Karena penontonnya padettttt bgt, dan aku gak bisa melihat dengan jelas, akhirnya kami memutuskan untuk duduk di sisi lain sambil menunggu kedatangan Bernard. Yupp, siang itu Bernard melakukan perjalanan dari Silangit ke Jakarta, dan menerima instruksi kami untuk langsung menyusul ke Central Park kalau udah nyampe di kosan. Beberapa saat kemudian, Bernard was finally there with us. And here is the beginning.

Corona Virus.

Saat itu aku duduk diapit oleh Rio dan Bernard. Lalu mereka ngobrol tentang corona virus yang saat itu aku masih belum tau itu apa. First of all, aku udah hengkang dari instagram. So i don't know anymore like almost every news. "Gak kau lihat rupanya di ig? Di situ banyak video kasus corona," Yah kira-kira begitulah pertanyaan Rio yang terheran-heran kenapa aku belum tau apa itu corona. Karena aku belum tau, Rio buka youtube dan mengenalkanku pada si corona ini. And the first response that i gave that time, obviously, i was shock. I mean, what the helllllll? Why is people falling down on the street and looks like a zombieeee? What is happeninggggggg?

I never imagine that the virus would coming to Jakarta, to Indonesia.

Besoknya, new year's gathering pun berlangsung di JW Marriot. Of course aku nyobain semua makanan yang bisa aku makan. Dari sushi, bakso, sosis ayam, sosis sapi, daging-dagingan, pizza, puding, ice cream, buah, dll yang aku udah gak ingat lagi.

Besoknya lagi setelah new year's gathering, aku ngerasa gak enak badan. Di kantor kyk udah ngerasa ada yang salah, badan kyk berasa mau remuk, meriang, pokoknya gak enak gitu. Besoknya lagi, aku ada meeting ke KPP dengan salah satu manager, kemudian ada Fajar, dan seorang pemeriksa pajak. Sepulang dari situ kita makan ke Kokas. Aku lupa deh kita makan apa, tapi yang pasti di situ aku udah ngerasa gak enak badan juga. Tapi aku gak bilang. Ya ngapain juga aku bilang-bilang. Managerku kyk nya ngeh kalau aku lagi ngerasa gak nyaman, tapi dia mikirnya karena aku kekenyangan. Dan aku pun meng-iya-kan kalau aku kekenyangan. As always, act like everything's fine. Dan memang pada saat itu aku gak terlalu menanggapinya dengan serius.

Harusnya, hari itu aku lembur. Tapi aku ijin untuk pulang lebih awal karena makin ngerasa ada yang salah.

29 Januari 2020

Pagi itu seperti biasa aku bangun untuk siap-siap ke kantor. Nah tapi waktu berdiri, mulai deh tuh pusing dan kyk ngerasa pengen jatuh. Jadi aku mutusin buat istirahat dulu dan ijin sakit ke sekretaris. Hari itu aku habiskan di tempat tidur. Paling bangun kalau mau ke toilet dan mau makan doang. Selebihnya benar-benar untuk tidur. Siangnya, nambah lagi nih, aku mulai diare. And i hate itttttttttt. Jadi kyk serentak menyerang dlm waktu yg sama antara pusing, meriang, batuk, demam, diare. Poor me. Sekitar jam 5 sore, which is itu adalah waktu pulang jam kantor, aku chat Bernard untuk beli garam dan gula, karena aku berencana bikin oralit (katanya bagus buat atasi diare dan emang aku udah pernah buktiin sendiri). Terakhir, aku pergi ke toilet lagi, dan saat itulah, there is something happened yg bikin aku buat keputusan, udah gak bener lagi nih, aku harus cek ke rumah sakit.

Aku nungguin Bernard pulang. Dan kita berdua pergi ke rs. Itu sekitar jam setengah 7. Kebetulan sore itu antriannya agak banyak, yang aku lihat sih kebanyakan adalah karyawan yg abis pulang kantor. Semua pakai maskerrrrrr. Dan sayangnya dokter yang lagi tugas juga agak tidak sebanding. Jadi aku nunggunya lumayan lah, hingga pada akhirnya dapat giliran sekitar jam 8. Cek cek cek, ternyata suhu ku udah sampai di 39 derajat. Dokter langsung gak bolehin aku pulang. Saat itu juga aku dirujuk buat opname. Bahkan aku mau pulang ambil pakaian aja udah gak dianjurkan lagi. "Semua disediakan rumah sakit. Pakaian juga ada," gitu kata si dokter. Setelah ngurus semua pendaftaran buat opname, aku akhirnya masuk ke ruangan sekitar hampir pukul 11 malam.

Singkatnya, setelah melalui beberapa tahap pengecekan, 2 hari setelah itu hasil test keluar. Aku didiagnosa mengalami bronchopneumonia duplex, atau dalam bahasa awam kita sebut sebagai infeksi paru-paru.

Oh ya, sebelum aku masuk ruang opname, aku ngabarin keluargaku bahwa aku harus opname, dan mereka (mama doang sih), paniknya luar biasa, apalagi setelah dengar biaya deposit yang terbilang cukup mahal di awal, jadi mereka mikirnya ini adalah masalah serius. Dan sempat berpikir bahwa "mungkin" / apakah "mungkin", aku....kena....corona?

Totalnya, aku opname di rs selama 5 hari. Huftt, akhirnya aku udah ngerasain gimana rasanya pakai infus. Tapi faktanya, aku di rs sangatttttttt ngerasa nyaman. I mean, aku gak punya keluhan berarti seperti sakit yg menyiksa atau apalah itu. Satu-satunya yang bikin aku gak nyaman cuma karena aku gak terbiasa dengan infus, jadi tangan kyk berasa kaku dan risih kalau mau gerak. Selebihnya, coba tanya Bernard, aku gak terlihat seperti orang yang sakit. Selera makan lancar (makanan rs enak kok guys), masih bisa nonton youtube, main game, bahkan belajar (not kidding).

Akhirnya aku pulang dari rs di hari minggu. Besoknya aku langsung ngantor. Dan hahahhaha, ternyata aku sempat dikhawatirkan kena si virus ini, karena gejalanya hampir sama. Kata dokter, infeksi paru ini memang lagi musim. Dan yaaaa, mungkin aku salah satu orang yang gak mau ketinggalan tren, sampai tren infeksi paru pun harus diikuti. Penyebabnya karena udara yang dihirup tidak baik, seperti polusi, asap rokok, dll. Juga karena aktivitas yg tidak seimbang dengan waktu istirahat dan olahraga. Heiiii, jgn bilang kalau banyak orang di luar sana yg tiap hari kena polusi dan asap rokok tapi gak kena infeksi paru-paru. Im telling you, badan tiap-tiap orang punya respon ketahanan yg beda-beda trhdp hal di sekitarnya. Tapi overall, sampai sekarang aku gak punya masalah dengan pernapasan. Kyk sesak dan sebagainya, itu sama sekali gak ada. Ya thats why i told you that im a truely wonder woman. Jadi kadang-kadang aku juga menyangkal kalau aku didiagnosa bronchopneumonia duplex. Is it possible that they have a wrong diagnosis?

Kondisi Terkini

Saat ini, 19 Maret 2020, kasus positif Covid-19 di Indonesia sudah mencapai 309 orang, di mana yg meninggal dunia ada 25 orang. Jakarta sangat keteteran. Hari minggu lalu  15 Maret 2020, Jokowi menginstruksikan dalam pidatonya agar masyarakat bisa bekerja di rumah, belajar di rumah, beribadah di rumah. Seninnya, kantorku langsung mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan untuk WFH (work from home) dan sudah berjalan dari hari selasa hingga 2 minggu ke depan.  Atau mungkin lebih. Menyesuaikan situasi dan kondisi ke depannya.

Omg, aku rindu masa-masa di mana bisa ke mana aja tanpa rasa takut dan waswas. Aku rindu masa-masa di mana gak usah pakai masker. Pergi CFD, nge-mall, nongkrong di JCO sampai tengah malam. Sekarang mah boro2 nongkrong, order grabfood aja udh harus langsung semprot hand sanitizer setelah terima makanannya. Oh ya satu lagi, kangen buswaaaayyyyyyy.

:(

Kalau kamu, apa yg kamu rindukan?

0 komentar:

Posting Komentar