If reading is HOT and writing is COOL. Therefore, read my writing is an awesome thing.

Senin, 17 November 2014

Kecewa

Banyak yang datang, banyak juga yang pergi. Yang pergi, ada yang sudah dilupakan, tapi ada juga yang masih dirindukan. Yang datang, ada yang memang diharapkan, ada yang tidak diharapkan. Hidup tak hanya tentang semalam atau sekarang. Tapi juga tentang nanti ataupun esok. Untukmu yang aku tak ingin sebutkan nama, jujur aku rindu. Meski pun di hari kemarin aku tahu kau sudah membawa luka dalam yang cukup mengejutkanku, tapi aku tak bisa menyangkalnya, aku rindu percakapan kita. Aku rindu caramu memanggil namaku. Aku rindu kepanikanku saat kau lama tak beri kabar. Aku rindu kecemburuanmu padahal kau hanya salah paham. Aku rindu semuanya. Aku jujur aku rindu.

Aku ingat kenapa dulu kita akhirnya berpisah. Aku yang mengakhiri. Tapi kupikir aku sudah memilih jalan yang benar. Tak adil untukku jika kau terus bertemu dengan mantanmu di belakangku. Kau berusaha menyembunyikannya kan? Kau pikir itu semua berjalan mulus tanpa sepengetahuanku. Tapi kau tak pernah mengerti bahwa aku tahu semuanya tentangmu, karena aku terlampau perhatian, terlalu cinta. Kau pikir aku tak tahu ke mana kau pergi setelah pulang kuliah? Dengan siapa kau pulang ke rumah? Bahkan password akun facebook mu yang kau ganti berulang kali. Aku tahu. Dan chat history siapa yang kau hapus di inbox facebook mu? Sebenarnya aku tahu.

Aku masih sayang, masih merindukanmu. Kau mungkin berpikir bahwa aku mudah melupakan kisah kita karena saat kau kirimkan kata-kata cinta tapi aku malah menyangkalnya, mengatakan bahwa semuanya sudah tak berarti lagi. Tapi kau tak pernah tahu ada tetes air mata dan dada yang sesak saat aku pura-pura tak mengharapkan lagi cinta darimu. Seandainya kau bisa lebih peka, apa kau masih merayu dan mengejar cintaku yang mulai ragu karena kebodohanmu?

Long Distance Relationship. Mungkin karena itu, karena aku sudah terlalu lama tak benar-benar ada di sampingmu. Sementara mantanmu, di saat yang sama, dia malah mengajakmu keluar di sabtu sore. Maafkan aku karena aku lolos SNMPTN ke Kota Malang. Maafkan aku karena aku melanjutkan kuliah ke luar kota. Maafkan aku sebab karena itu aku jadi tak pernah bisa benar-benar hadir di hadapanmu. Mungkin semuanya memang salahku. Tak apa, biar aku tetap menyayangimu meskipun luka yang kau ciptakan begitu tepat menyakiti hati.

Tapi satu. Kerelaanku mengakhiri kisah kita tak lain dan tak bukan hanyalah untuk kebahagiaanmu. Aku melepasmu agar kau bisa tetap bersamanya dan tak perlu membagi waktu untukku yang jauh di pulau berbeda. Apa aku salah? Aku ingin kau tetap tertawa lepas. Lagipula teman-temanmu bilang kalau kau mengenalkan dia sebagai kekasihmu sewaktu kita masih punya perbincangan mesra lewat telepon. Kau bahkan sudah menyingkirkanku lebih lama sayang. Tapi yang kudapat malah jauh berbeda. Yang kuharapkan setelah aku melepasmu adalah agar kau bisa mewujudkan hubunganmu yang tertunda dengan perempuan itu. Tapi terlampau kecewa saat aku mendapati status hubunganmu yang baru dengan perempuan yang berbeda lagi. Sayang aku melepaskanmu agar kau dapati bahagia dengan siapa yang terus kau temui di belakangku, kenapa malah orang baru yang menggantikanku?

Jangan rela lepaskan cinta demi orang ketiga. Lirik lagu itu terus kuingat bahkan kudengarkan sepanjang hari. Sampai hati kau mengingkari kepercayaanku. Kurasa aku tak pernah ragu dengan siapa yang kuharapkan akan menjemputku ke bandara kalau pulang di liburan semester, itu kamu.

Aku selalu membangunkanmu di waktu pagi, mengingatkanmu sarapan, menelepon untuk memastikan kesehatanmu. Aku selalu menyemangatimu saat kau menjalani test masuk kepolisian. Membujukmu pulang ke rumah saat kau merajuk pada keluargamu. Bela-belain minta tolong teman untuk mengantarkanku mengunjungi kost-kostanmu. Mengingatkanmu makan dan istirahat yang banyak sewaktu sakit. Bangun jam 4 pagi untuk menyiapkan nasi goreng yang tidak pedas sesuai kesukaanmu. Bolos bimbingan agar bisa berpetualang bersamamu. Berkeliaran seharian untuk mencari kado yang pas sebelum keberangkatanku ke Kota Malang. Katakan sayang apa dia pernah melakukan hal lebih dari itu padamu?

Pernah memilihmu adalah sesuatu yang tak pernah aku sesali, meski pun aku sadari sendiri bahwa aku telah tolol masih merindukan orang yang telah menghianatiku. Lalu aku kembali bertanya, kenapa dulu kita pernah saling suka? Kenapa dulu kita harus memutuskan untuk menjalin tali cinta? Bukan menyesali. Tapi rasa-rasanya aku berpikir kalau lebih baik kita tetap menyayangi sebagai sahabat saja. Biar aku tak kan pernah merasakan kehilanganmu. Setelah perpisahan itu kita semakin menjauh. Tak pernah kudapati kabar tentangmu. Dan tak mungkin aku yang menanyakan tentangmu juga. Yang kutahu kau masih dengan orang baru itu, perempuan yang menggantikanku.

0 komentar:

Posting Komentar