Dear Past, Thank You for All The Lesssons

There is no time to see backwards. Your future is still pure enough.

The only thing worse than being blind is having sight but no vision

When something bad happens, you have three choices. You can either let it define you, let it destroy you, or you can let it strengthen you.

Do You Know? You are Your Own Hero. Be Brave!

Don't die from a broken heart.

It is Never Too Late to be What You Might Have Been

If you were not happy with yesterday, try something different today. Don't stay stuck.

Things Work Out Best for Those Who Makes The Best of How Things Work Out.

Just believe in yourself. Even if you don't, pretend that you do, and at some point, you will.

If reading is HOT and writing is COOL. Therefore, read my writing is an awesome thing.

Selasa, 24 Juni 2014

Cepat Sembuh Kucingku

Yang kusesalkan cuma satu. Aku nggak ngerti kenapa aku harus tahu berita itu dari orang lain. Kenapa kau nggak ngasih kabar? Kalau kupikir-pikir, teman macam apa aku yang nggak tahu kau udah hampir seminggu dirawat di rumah sakit? Gimana bisa berita itu lepas dari pengawasanku?

Mau nangis aku sumpah. Jujur aku merasa terpukul kali. Waktu kulihat statusmu di facebook, jujur aku marah. Gak tahu juga mau marah sama siapa. Yang jelas aku cemburu sama orang-orang yang kau sebutkan di statusmu itu. Aku gak suka ada orang lain yang lebih perhatian samamu. Jangan sampai ada orang-orang yang lebih kompak samamu ketimbang aku sama si kamse. Memang bodoh kalau dipikir-pikir. Aku senangnya ada orang yang perhatikan kau selama di rumah sakit. Tapi aku lo ada di sini juga. Kenapa mereka melangkahi tanggung jawabku? Maaf vit aku terlalu berlebihan. Tapi aku juga gak ngerti, sama sekali gak ngerti kenapa aku bisa merasa gak rela seperti ini. 

Awalnya kau demam. Dan itu pun bermula sejak hari kedua kau nginap di kosan ku. Kau tengok sendirinya gimana usahaku, kumasakinnya makanan untukmu, kubikin susu samamu, kumasak agar-agar. Hari keempat kau pulang. Aku pikir kau udah sembuh. Bahkan main laptopnya kau selama sakit di kamarku. Gak pernah kusangka kau masuk rumah sakit. Dan gak nyangka juga kalau kau gak ngasih kabar sama sekali samaku.

Sabtunya aku bikin rencana jenguk kau ke rumah sakit. Itu mendadak lo vit, pas aku baru selesai belanja jam 9 pagi. Kuajak teman-teman kita yang lain. Kuaktifkan paket telpon siangku, padahal biasanya aku pelit kali untuk keluarin pulsa bikin paket siang. Semuanya demi jenguk kau. Kutelponin semua teman-teman kita buat ngajak ke rumah sakit. Supaya kau senang. Biar semangat. Belanjaanku sampe kutinggalin di dapur, padahah belum ada kusentuh sama sekali, ikan jahirku gak peduli lagi aku mau itu diambil kucing atau gak. Mau itu busuk atau gak.

Pigilah kami ke rumah sakit. Tengok vit hampir dua puluh orang kami datang nengok kau. Dan itu pun penuh perjuangan kali. Sejam kami kelilingin rumah sakit buat nyari gerbang pintu masuk yang gak dijaga sama satpam, karena kami udah dicegat di gerbang utama, gak dibisain masuk karena pas jam istirahat. Semangatnya kami walau keringatan karena capek mengelilingi rumah sakit di panas matahari. Kau mungkin bertanya-tanya kenapa aku yang terakhir masuk ke ruanganmu, karena aku sama Rima pisah dengan teman-teman yang lain supaya gak terlalu menarik perhatian penjaga rumah sakit karena datang bergerombol, cuma kami berdualah yang masuk mulus karena lewat dari gerbang dekat kamar mayat. Perjuangan kali sebenarnya.

Vit, sayang kali aku samamu. Cepatlah sembuh. Jangan sampai gak jadi kau pulang ke Balige. Kan udah janji kita bikin video amatir yang ketiga. Video kucing-kucing yang semakin beranjak dewasa. Get well soon kucingku. I am praying for you. ({})

Senin, 09 Juni 2014

Tax Center Goes to Tax Office

Senin, 9 Juni 2014. Hari ini kami mahasiswa-mahasiswi Prodi Administrasi Perpajakan Universitas Brawijaya angkatan 2011 dan 2013 melakukan kunjungan yang begitu mengesankan ke Kantor Pajak. Aku sendiri kebagian mengunjungi Kantor Pajak Pratama (KPP) Batu. 

Cerita ini kuawali mulai dari masa dukanya dulu. Sampai di kampus, aku sama Lidya masih terombang-ambing karena belum punya tumpangan untuk berangkat ke tempat tujuan. Kami udah nanya sama teman-teman yang ada di situ kalau-kalau ada yang kosong, maksudnya belum punya boncengan. Eh, yang ada cuman satu. Waktu rombongan udah pada berangkat, aku sama Lidya masih tinggal sambil kebingungan di parkiran. Sebenarnya bukan kami berdua sih, tapi cuman Lidya. Gak tau kenapa aku masih tetap bisa merasa santai. Aku bilang ke Lidya supaya dia bersikap tenang, kita pasti berangkat.

Nah, datanglah seorang kakak senior cowok yang baik hati dan tidak sombong. Dia bertanya ke kami dan akhirnya kakak itu bersedia memberikan tumpangannya. Lidya dibonceng sama temannya yang bernama Rony, dan aku dibonceng sama kakak senior yang sampai sekarang aku gak tahu siapa namanya. Wah wah wahhh.

Sampailah di KPP Pratama Batu. Kesan pertama yang bisa kuungkapkan adalah: "Waow, lift-nya kece". Haha. Setelah naik ke lantai 3, kami langsung ngisi absen dan diberikan sekotak snack, book note, sama pulpen. Nikmat kan? Jelaslah, kami itu betul-betul jadi tamu spesial hari ini.

Di Aula Pertemuan
Sesudah memasuki aula dan kebagian bangku tempat duduk, aku sama Lidya sempat mengabadikan beberapa foto. Look at these!
    
  

Sabtu, 07 Juni 2014

Pengalaman Menakjubkan

Dia bangun jam 11 di pagi ini. Alarm yang sudah di-setting dengan nada lagu Diamonds oleh Rihanna sama sekali tidak berkumandang. Pantas saja, HP gadis penggemar Maddi Jane itu sudah lowbat ternyata. Tapi itu bukan masalah besar. Dia tak perlu tergesa-gesa untuk langsung pergi ke kamar mandi. Tak perlu cepat-cepat membereskan buku-bukunya. Karena hari ini dia memang libur. Nikmat sekali!!

Sepanjang malam tadi dia bertualang. Meski itu semua terjadi dalam mimpi, tapi rasanya seperti benar terjadi. Dia bisa mengendalikan sebuah helikopter. Dia juga menjadi pengemudi mobil bagus saat dalam sebuah perjalanan dengan misi menyelamatkan orang-orang yang dia sayang. Satu lagi, dia bisa berkelahi dengan para alien dan bisa menghentikan mobil yang hampir jatuh ke jurang. Sempurna!!

Banyak sekali orang-orang yang terlibat dalam petualangan itu. Biar saya sebutkan satu per satu. Ada mama, ada Ivan adiknya yang paling kecil, ada Tulang Agatha, ada Sarah adik pacarnya, ada Larissa adik kelasnya di SMA, ada Bram teman sekelasnya di SMP, dan banyak lagi orang-orang yang tidak terduga bisa ikut bertualang dengannya dalam mimpi menakjubkan tadi malam.

Dia adalah saya. Penulis cerita ini.

Janji

Jika kau melihatku sekarang dengan sebuah sepatu dan tas kuliah, kau yakin kan bahwa aku sedang dalam perjalananku ke kampus? Kampusku, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya tercinta. Aku selalu yakin denganku sendiri bahwa aku akan menamatkan kuliahku ini dengan tempo 3 setengah tahun pas, tak akan lebih. Aku sudah bilang begitu pada orangtuaku, mama, ayah, dan adik-adikku.

Kau tahu? Janji adalah sebuah hal yang seharusnya ditepati. Janji bukan hanya sekedar kata, sekedar kalimat, atau paragraf. Tapi lebih dari itu. Membuat sebuah janji adalah hal yang begitu mudah. Tak butuh waktu lama. Yang sulit itu adalah bagaimana kau harus menepatinya. Kau butuh pengorbanan, terkadang harus berjuang keras, butuh kesabaran, dan kemauan yang kuat. Kau tak boleh lengah sedikit pun. Harus tetap berpegang pada komitmen yang telah kau bangun di awal perjanjian.

Seandainya janji yang kubuat hari itu ditandatangani dan dibubuhi materai, jelas aku sudah dapat dituntut jika tak memenuhinya. Itu yang kupelajari di mata kuliah Hukum Bisnis Pajak dengan dosen pengampu Pak Pakpahan. Ini adalah janji kepada keluarga, kepada orangtua. Haruskah ada materai dulu supaya bekerja keras untuk memenuhi janji itu? Kurasa tidak perlu. Karena janji itu janji yang kubuat dari kesadaran diriku sendiri. Untuk kebahagiaan mereka, untuk kebanggaan mereka pada putri pertamanya, kakak tertuanya.

Aku ingat pernah suatu kali ayahku mentransfer uang bulananku dalam keadaan hujan deras. Aku bertanya kenapa harus memaksakan pergi kalau dalam situasi seperti itu? Seharusnya tak perlu terburu-buru. Tebak mamaku bilang apa. Karena itulah perjuangan orangtua kepada anaknya. Spontan aku bilang, “Tenang mama, suatu saat akan kubesarkan rumah kita.” Itulah alasan kenapa “I am going to upgrade my parents’s house” ada dalam daftar “My Dreams” yang kutempelkan di dinding kamarku. Janji itu ada di urutan ke lima dari 15 janji yang ada.

Aku tahu semua daftar impian itu adalah janji yang berat. Aku sadar itu semua bukan impian yang main-main. Jelas butuh kerja keras untuk mewujudkannya. Tapi aku tak pernah menyesal karena telah pernah membuat impian setinggi itu, tak pernah sama sekali. Aku justru senang. Setiap kali aku melihat daftar impian itu dan membacanya perlahan satu per satu, aku tersenyum dan melihat semuanya di dalam benakku. Dan beberapa tahun ke depan, semua yang kulihat dalam benakku itu akan jadi kenyataan. Amin J

Berhentilah Mengikuti

Kan aku udah pernah bilang, jangan pernah datang ke kehidupanku lagi. Maumu itu apa sih? Kau datang dan pergi sesuka hatimu. Kau pernah datang sekali. Lalu menghilang. Beberapa bulan yang lalu kau bahkan datang dan mengenalkanku pada teman-temanmu yang lain. Aku tidak suka kamu, apalagi teman-temanmu. Hanya satu saja aku sudah repot, apalagi kalau ditambah sama teman-temanmu itu. Aku udah cari berbagai cara untuk menghindarimu. Pernah nggak kau mikir bagaimana susahnya aku kalau ada kau? Kau harusnya tahu kalau aku bahagia tanpamu. Jadi please tinggalinlah aku.

Semakin palak aku, kau semakin meraja lela. Kalau kudiamin, ah, gimana bisa kudiamin kau? Kau itu pengganggu konsentrasiku. Jadi nggak percaya diri aku kau bikin. Aku pergi ke mana-mana, kau pasti ngikutin. Nggak capek kau? Sadarlah, kadang malu aku kau buat. Berlebihan tingkahmu.

Waktu aku SMP sampai SMA bukannya akrab kita. Kenapa sekarang kau jadi sok akrab gini hah? Apa sih yang kau mau? Pengen kali kau lihat aku setres? Cukuplah, udah setres kali pun aku. Kalau kau pengen cari perhatian, nggak gini juga caranya. Kau tengoknya, udah pergi ke mana aja aku supaya kau hilang. Banyak yang kubeli supaya kau merasa dan akhirnya pergi sendiri. Tapi selalu gagal. Nggak suka aku samamu. Kau jelek. Kalau aku pergi dan kau ngikutin aku, aku juga jadi merasa jelek.

Kemarin kau sempat pergi. Udah bahagia kali aku tanpamu. Tapi kenapa akhir-akhir ini kau muncul lagi di kehidupanku? Sakit kali kurasa. Paling tidak kau datang sendirilah, gentle sedikit kenapa? Ini malah ngajak-ngajak teman. Keroyokan aja yang kau tahu. Biar nggak bisa aku berkutik maksudmu kan? Senang kali kau memang kalau menderita aku. Apa salahku samamu? Bilanglah biar tahu aku.

Kau pun, asal datang langsung merah. Biasa aja kali. Entah kenapalah bisa kukenal kau. Perasaan belum pernah aku setuju kau jadi temanku. Tapi kenapa heppot kali kau? Hiperaktif kali betul. Udah gitu yang lebay-an. Cuma sedikit capek aku, langsung datang. Karena kubilang banyak pikiranku, langsung datang. Siapa kau makanya sampai berlebihan gitu kau samaku? Teman-temanmu itu juga bilangin, nggak usah ikut-ikut. Mereka juga mempermalukan aku di depan orang-orang. Kapan lagi aku bisa santai tanpa mikirin kau? Aku pengen hidupku bebas darimu. Oh, “Jerawat”.

Jangan Sampai Sakit. Itu Perintah!

Namaku Nella. Dan dia, dia yang barusan selesai berbicara denganku di telepon, namanya Samuel. Panggil saja Hero. Tepat sekali. Dia pacarku.

Saat menulis ini, aku sambil makan seraya mendengarkan musik dari kotak folder Lagu Inggrisku. Saat ini juga, lagu Locked Out of Heaven yang dibawakan oleh Bruno Mars sedang mengicau. Tapi bukan kicauan Bruno yang akan kuceritakan, tapi pembicaraanku dengan pahlawanku di telepon tadi.

Aku hapallah dengan kebiasaan si Hero. Biasanya dia akan bilang “Halooooo!!!!” dengan intonasi tinggi dan power suara yang mantap di awal telepon. Kalau sudah begitu aku tahu kalau dia sedang dalam keadaan baik-baik saja. Tapi kalau dia bilang “Halo” dengan power yang sedikit dan intonasi yang menurun, aku harus sudah langsung bertanya apa dia dalam keadaan baik-baik saja? Minimal dia pasti sedang ada masalah. Seperti tadi.

Setelah ngomong panjang lebar, kami pun menyudahi telepon itu. Aku nggak perlu cerita kata per kata yang dia ucapkan, juga kata per kata yang aku ucapkan. Yang jelas, pasti ada “I Love You” di akhir telepon.

Mungkin yang perlu ditanyakan adalah kenapa aku makan jam segini? Jawabannya hanya satu. Aku takut sakit, aku takut si Hero bakal marah. Dia selalu bilang jaga kesehatan, jangan telat makan, jangan sampai sakit. Aku mengerti, kenapa di telepon tadi dia cerita sambil marah-marah. Bukan samaku, tapi sama seseorang di sana. Sebut saja namanya Bunga. Kalau samaku, sampai saat ini dia belum pernah marah. Sebenarnya ini adalah makan malamku yang kedua. Kalau bukan karena telepon tadi, nggak bakal ada makan malam kedua ini, biasanya juga cuman sekali.

Terkadang Samuel memperlakukanku bukan hanya sebagai pacar. Dia bisa seperti seorang abang yang memperlakukanku seperti adik. Kadang juga, dia seperti seorang ayah yang merasa punya tanggung jawab kepadaku. Dan terkadang, dia seperti seorang sahabat yang piawai mencurhatkan pengalaman-pengalamannya.

Perhatiannya luar biasa. Sekarang aku mengerti kenapa Daniel pernah bilang kalau dia itu adalah tipe cowok yang sangat menjaga pasangannya. Aku sudah membuktikannya sendiri. Aku nggak boleh sakit. Jangan sampai sakit. Itu perintah dia.

Sayang, aku bukan penulis yang pandai berkata-kata. Yang jelas, aku bangga padamu. Aku salut. Terima kasih sudah menjagaku. Semua perhatianmu itu sangat kuhargai. Baik-baik di sana ya. Jaga kesehatan juga. Tanggal 26 aku balik ke Balige. Kamu UAS-nya kapan selesai? Aku merindukanmu ({}).
Samuel Jimmy Hasudungan Tambunan

Jumat, 06 Juni 2014

Olimpiade Pajak 2014

Halo ma. Sedang apa? Sehat kan? Sudah makan? Aku juga sudah. Hari ini aku beli lauk dan sayur dari luar. Tadi pagi aku nggak masak, soalnya nggak belanja. Pagi tadi aku bangun jam setengah delapan. Aku masih mengerjakan tugas Akuntansi yang deadline-nya jam sepuluh. Aku berangkat ke kampus jam sembilan, makanya nggak sempat belanja.

Kenapa? Ooohh, aku beli tahu tempe yang dibuat kuah kecapnya. Sayurnya aku pilih cap-cai. Sebenarnya bukan cap-cai, tapi mirip cap-cai. Lauknya tiga ribu, dan sayurnya empat ribu. Jadi semuanya tujuh ribu.

Ma, sebenarnya kemarin aku ada ikut Olimpiade Pajak. Tapi kalah ma. Olimpiadenya tingkat Prodi Perpajakan, tapi bebas perangkatan 2011, 2012, sama 2013. Awalnya aku nggak tahu kalau ada acara olimpiade itu sampai temanku si Haris yang kemarin bantuin aku KRS-an ngasihtau dan entah kenapa dia ngajak aku gabung sama timnya. 

Aku udah bilang supaya dia cari teman yang lain aja buat gabung setim sama dia, aku takut ngecewain orang, aku takut nggak bisa. Tapi dia tetap mengajakku, katanya, pengalaman itu lebih berharga daripada kemenangan. Katanya, kami tidak mencari kejuaraan, tapi kami adalah pencari pengalaman. Kata-kata itu yang membuatku berubah pikiran sampai akhirnya aku bergabung sama timnya. Haris itu temanku yang kritis. Aku mengakui dia punya potensi. Dia juga orang baik.
Hariswando Saragih

Yang aku bingung, kenapa dia ngajak aku ya? Aku nggak tahu kenapa dia bisa menaruh kepercayaannya kepadaku. Sejak saat itulah aku berpikir, bagaimana bisa orang lain lebih percaya pada kemampuanku ketimbang aku sendiri?

Setelah beberapa hari, kami dapat satu orang lagi yang akhirnya bergabung dalam tim kami. Namanya April. Orangnya sangat optimis, punya kemauan yang sangat besar, berpotensi, dan gigih. Kami sudah punya persiapan. 
Aprilia Wulandari

Di awal kami sudah membagi mata kuliah apa yang jadi bagian kami masing-masing. Aku kedapatan bagian Pajak Bumi dan Bangunan, Kebijakan Umum Perpajakan, dan Akuntansi Perpajakan.

Selang beberapa hari setelah pembagian tugas itu, Haris datang padaku dan bilang kalau dia nggak bisa lanjut bertanding dengan kami. Ah, dia itu boss yang tidak bertanggung jawab ternyata. Katanya karena dia bagian dari organisasi yang melahirkan olimpiade itu, jadi nggak boleh ikut tanding. Awalnya sih dibolehin, tapi nggak tahu kenapa ada peraturan baru yang bilang sebaliknya. Aku sempat bilang ke Haris untuk berhenti juga. Tapi Haris ngotot kalau kami harus tetap berjuang tanpa dia. Dan akhirnya kami mencari penggantinya, namanya Ermera. Dia temanku asal Lombok, anaknya santai, tapi aktif di kelas.
Ermera Hilda
Setelah kami bertiga benar-benar siap, kami mendaftarkan diri dan memenuhi semua persyaratan. Jadilah, kami ikut Olimpiade Perpajakan 2014.
Selamat Datang Peserta Olimpiade Pajak

Ma, babak pertama itu adalah babak penyisihan, yang dilakukan dengan cara mengerjakan 100 soal pilihan berganda. 
Saat mengerjakan soal
Setelah waktu selesai, panitia langsung memeriksa hasil kerjaan kami untuk mendapatkan poin. Ma, kami salah satu tim yang gugur di babak penyisihan, babak pertama.Tapi aku nggak kecewa. Aku menganggap bahwa kami tetap jadi pemenang di pertandingan itu. Karena aku ingat persis kata-kata Haris. Kami itu bukan mencari kejuaraan, tapi pencari pengalaman. Tahun depan kan bisa coba lagi. Setidaknya kami sudah tahu strategi mengerjakannya.

Setelah itu kami pulang. Di jalan kami bertemu dengan salah satu dosen Perpajakan di kampusku. Katanya kami terlalu berani setim bertiga dari angkatan 2013 semua. Katanya, soal-soal tadi itu materi semester enam, sudah termasuk pajak internasional. Tak mengapa, setidaknya kami sudah berani mencoba.

Ma, tahun depan aku mau coba lagi. Aku berniat untuk tak akan gugur di babak pertama. Harus bisa lebih hebat dari pengalaman kemarin itu. Kami memang gagal menaklukkan Olimpiade Perpajakan 2014, tapi kami akan menaklukkan kakaknya, Olimpiade Perpajakan 2015. Aku janji.

SMS Duluan

Mengirim sebuah pesan itu mudah, sangat mudah. Kau hanya perlu mengetik apa yang ingin kau katakan, kemudian pilih tombol send, dan selesai. Tapi kenapa terkadang sulit melakukannya? Wanita itu tak mudah untuk dimengerti isi hatinya. Kebanyakan dari mereka mengaku gengsi mengirim pesan terlebih dulu. Coba aja lakukan survei, kau akan menemukan delapan dari sepuluh wanita yang memilih stres menunggui pesan daripada memberanikan diri mengirim pesan duluan. Unjuk gigi gih, cewek-cewek yang merasa setuju dengan pernyataanku barusan.

Kenapa mesti takut? Kau kan tahu, kau bukan mengirim pesan pada seorang teroris. Pesan yang kau kirim bukan hantu yang terima. Bukan kepala sekolahmu yang membaca. Nggak bakalan ditangkap kok sama polisi. Nggak bakalan dibawa ke penjara. Jadi takut kenapa?

Aku menulis ini bukan karena aku seorang laki-laki yang protes sama pacar karena pacar nggak pernah ngirim pesan duluan. Aku juga wanita. Tokoh utama dari tulisan ini. Jadi kenapa aku ngomong begini? Aku juga gak tahu. Tiba-tiba aja pengen nulis begini.

Cewek-cewek bilang:
·         Nggak mungkinlah aku yang SMS duluan.
·         Gengsi aku!
·         Ah, kan aku cewek. Dia harusnya yang SMS duluan, dia cowok.
·         Di mana harga diriku sebagai cewek kalau aku yang duluan SMS dia?
·         Di mana-mana cowok yang selalu SMS duluan.
·         Dan bla bla bla bla bla.

Padahal abis mereka ngomong begitu, pasti bilang begini lagi:
·         Nggak di-SMS dia aku (sambil bete).
·         Tapi rindu aku sama dia. Ku SMS lah?
·         Nggak enak ya jadi cewek, bisanya cuma nunggu.

Aku pernah berdebat sama adikku yang cowok. Aku bilang begitu tuh, kalau jadi cewek itu rasanya gak enak, bisanya cuma nunggu. Nggak tahu penantiannya bakal berujung indah atau malah mengecewakan. Cowok yang enak, bisa sesuka hati menentukan pilihannya. Bisa bertindak kapan aja. Tapi adikku malah menentang. Dia bilang kalau cewek yang sebenarnya lebih menyenangkan. Apa cewek pernah mikir gimana sulitnya perjuangan seorang cowok? Iya kalau cewek terima. Kalau cewek nolak? Rasanya udah benar-benar kalah. Cewek yang enak. Tugasnya tinggal nunggu. Eh, cowok malah harus berpikir keras gimana cara bertindak yang baik.

Jadi, aku sebagai penulis dari makalah ini,..... Eh, makalah? Emang ini makalah? Mata pelajaran apa? Mata kuliah apa? Mata kuliah “SMS DULUAN”. Ya enggaklah, becanda kok.  Oke serius, kembali ke topik. Jadi, aku menyarankan. Siapa yang punya perasaan duluan, dia yang mengungkapkan. Siapa yang pengen ngomong duluan, ya udah dia yang ngirim pesan duluan. Gampang kan? Gampang-gampang susah maksudnya. Haha.

Namaku Samuel. Siapa Namamu?

Aku tertegun melihatnya dengan mata memerah. Tampaknya banyak sekali beban yang dipikulnya. Sepertinya dada itu sudah sangat sesak. Aku mengertilah kenapa dari tadi tangannya selalu dikepal seperti itu. Ada suatu kemarahan yang ingin dilampiaskannya. Tapi kepada siapa? Dia di sana hanya sendirian. Sangat tak mungkin bila dia marah pada rerumputan, atau pada kupu-kupu yang hinggap di sandaran bangku yang didudukinya.

Aku pandangi dia dari sisi lain di taman itu. Mungkin dia tak menyadari aku ada di sini, melihatnya dan mengawasinya. Pria itu, dia lelaki yang tampan. Kulitnya bersih. Tak putih bening, tapi indah dilihat. Rambutnya, aku suka. Mirip rambut tokoh kartun kesukaanku, Gaara. Ada sebuah mata kalung di tangannya. Aku melihat dengan jelas, ya, itu mata kalung. Tapi, tapi kenapa rantai kalungnya ada di sampingnya? Sebenarnya milik siapa kalung itu? Sepertinya itu yang membuat dia duduk tak tenang di bangku itu. Matanya sangat memerah, pandangannya kosong ke depan.

Aku baru melihatnya hari ini. Sebelumnya belum pernah bertemu. Aku susah jatuh cinta. Tapi kali ini aku betul tertarik padanya. Hei kamu, kamu yang punya rambut serupa dengan tokoh kartun kesukaanku. Bolehkah aku ke sana? Duduk di bangku di sebelahmu. Aku ingin berikan sedikit genggaman yang aku berjanji akan membuatmu lebih tenang. Kau sedang gelisah pun terlihat tampan. Tak bisa kubayangkan seberapa mempesonanya kau jika tersenyum sedikit saja. Apalagi kalau tersenyum untukku.

Sayang, bolehkah? Sayang!? .........

Bolehkah aku memanggilmu sayang? Hhhh, siapalah aku. Aku cuma seseorang yang mengagumimu dari sudut lain di taman ini. Bahkan aku tak tahu siapa namamu. Di mana rumahmu. Berapa usiamu. Dan kalung siapa yang sedang bersamamu di situ.Tapi sungguh, aku tertarik kepadamu.

Hai rerumputan. Ayolah sedikit bekerja sama denganku, sekali ini saja. Bantu aku tanyakan dia namanya, dan sedang apa dia duduk gusar di ujung sana. Kirimkan pesanku pada teman-temanmu yang lain, beritahu misi ini pada kawanan rerumputan di sekelilingnya. Aku sedang jatuh cinta. Aku suka dia. Aku benar aku suka dia. Lelaki itu. Lelaki yang pertama kali ini kulihat, tapi sudah pandai mencuri hatiku. Rambutnya yang paling menarik. Indah sekali.

Pernahkah kau jatuh cinta pada seseorang yang pertama kali kau lihat? Kau bukan hanya sekedar suka. Tapi lebih dari itu. Kau akan merasa jantungmu berdetak lebih kencang. Kau tak akan bisa bohong kalau matamu tak ingin lepas memandangnya. Sedikit demi sedikit, keringatmu akan mulai bercucuran. Kau akan sangat berniat untuk beranjak menemuinya, duduk di sampingnya, dan menghirup aromanya.

Jangan pergi sayang. Jangan ke mana-mana, tetaplah di situ. Biar bebas aku memandangimu dari tempat ini. Daaannnnn...... AKhirnya kau pergi juga.

“Namaku Samuel. Siapa namamu?” Kulihat ke belakang. Dia menyodorkan sebuah jabatan tangan padaku. Dia, lelaki yang dari tadi kuawasi di sudut sana. Rerumputan, terima kasih sudah menyelesaikan misi kita dengan baik. :’)

Kamis, 05 Juni 2014

Pras dan Meisy

Sekarang jam menunjukkan pukul 13.21. Hari Kamis, dalam kelas mata kuliah Akuntansi. Aku, di sini menulis tulisanku. Duduk di bangku barisan kelima dari depan. Di antara Pras dan Meisy. Pras ada di sebelah kanan. Dia temanku yang berasal dari Indramayu. Tinggi badan 176. Jelas dia lebih tinggi dariku. Berat badannya, 65 kg. Kulitnya berwarna gelap. Saat ini memakai kemeja berwarna biru dongker dengan garis-garis berwarna putih. Di tangan kirinya melingkar sebuah jam tangan dengan merk Bariho. Sepatunya berwarna hitam, hampir serupa dengan warna kulitnya. Hehe. Saat ini dia lagi megang HP-nya yang berwarna hitam dengan merk Smartfren. Waktu aku lagi nanya dia lagi ngapain, katanya lagi main game. Clash of Clans, itu game-nya.
Prasetyo
Sekarang lihat Meisy. Temanku yang duduk di sebelah kiriku. Dia temanku asal Medan, tapi SMA di Bekasi. Kemeja biru muda dengan garis-garis putih melekat di badannya. Sepatunya berwarna ungu tua. Kulitnya lebih putih dariku, dia juga lebih gemuk. Ada pensil biru 2B yang digenggam di tangan kanannya. Dia lagi serius menganalisa soal yang dikasih sama Ibu Mangesti. 
Meisy Lastri Siregar
Kami lagi ada tugas sebenarnya, Ibu itu lagi pergi rapat ke Gazebo FK. Ya udah ya. Tulisan ini saya sudahin dulu. Teman-teman saya yang lain juga udah pada nanya saya lagi ngapain. Aku ngerjain soal dulu yah. Bye Bye.

Minggu, 01 Juni 2014

Gak terasa udah wisuda. Padahal rasanya masih seperti 2 semester :D


Pernahkah kalian merasakannya? Bahwa semakin dewasa, kita akan semakin terbiasa untuk menyikapi sebuah hubungan dengan bersikap dewasa pula. Kau akan mulai memandang hal yang pernah menjadi masalah besar di masa dulu menjadi masalah sepele yang sebenarnya gak perlu untuk dibesar-besarkan. Dan semuanya itu indah tanpa kau menyadarinya. Kau akan mulai berpikir bahwa semua orang bisa menjadi bagian hidupmu, dan begitu pun pada pasanganmu. Tak ada yang bisa kamu halang-halangi untuk berteman dengannya selagi itu masih dalam batas wajar pertemanan. Kau akan lebih memilih untuk berpikir dua kali atau mungkin tiga kali atau bahkan sampai empat kali kalau kau ingin marah saat kau pikir bahwa jalan pikirannya tidak sama dengan jalan pikiranmu. Sebab semakin kau dewasa, kau juga akan menyadari kalau pasanganmu juga sudahlah beranjak dewasa bahkan mungkin lebih dewasa darimu. Dan itu semakin memberi dukungan untukmu membiarkannya menentukan jalan hidupnya.