If reading is HOT and writing is COOL. Therefore, read my writing is an awesome thing.

Sabtu, 07 Juni 2014

Janji

Jika kau melihatku sekarang dengan sebuah sepatu dan tas kuliah, kau yakin kan bahwa aku sedang dalam perjalananku ke kampus? Kampusku, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya tercinta. Aku selalu yakin denganku sendiri bahwa aku akan menamatkan kuliahku ini dengan tempo 3 setengah tahun pas, tak akan lebih. Aku sudah bilang begitu pada orangtuaku, mama, ayah, dan adik-adikku.

Kau tahu? Janji adalah sebuah hal yang seharusnya ditepati. Janji bukan hanya sekedar kata, sekedar kalimat, atau paragraf. Tapi lebih dari itu. Membuat sebuah janji adalah hal yang begitu mudah. Tak butuh waktu lama. Yang sulit itu adalah bagaimana kau harus menepatinya. Kau butuh pengorbanan, terkadang harus berjuang keras, butuh kesabaran, dan kemauan yang kuat. Kau tak boleh lengah sedikit pun. Harus tetap berpegang pada komitmen yang telah kau bangun di awal perjanjian.

Seandainya janji yang kubuat hari itu ditandatangani dan dibubuhi materai, jelas aku sudah dapat dituntut jika tak memenuhinya. Itu yang kupelajari di mata kuliah Hukum Bisnis Pajak dengan dosen pengampu Pak Pakpahan. Ini adalah janji kepada keluarga, kepada orangtua. Haruskah ada materai dulu supaya bekerja keras untuk memenuhi janji itu? Kurasa tidak perlu. Karena janji itu janji yang kubuat dari kesadaran diriku sendiri. Untuk kebahagiaan mereka, untuk kebanggaan mereka pada putri pertamanya, kakak tertuanya.

Aku ingat pernah suatu kali ayahku mentransfer uang bulananku dalam keadaan hujan deras. Aku bertanya kenapa harus memaksakan pergi kalau dalam situasi seperti itu? Seharusnya tak perlu terburu-buru. Tebak mamaku bilang apa. Karena itulah perjuangan orangtua kepada anaknya. Spontan aku bilang, “Tenang mama, suatu saat akan kubesarkan rumah kita.” Itulah alasan kenapa “I am going to upgrade my parents’s house” ada dalam daftar “My Dreams” yang kutempelkan di dinding kamarku. Janji itu ada di urutan ke lima dari 15 janji yang ada.

Aku tahu semua daftar impian itu adalah janji yang berat. Aku sadar itu semua bukan impian yang main-main. Jelas butuh kerja keras untuk mewujudkannya. Tapi aku tak pernah menyesal karena telah pernah membuat impian setinggi itu, tak pernah sama sekali. Aku justru senang. Setiap kali aku melihat daftar impian itu dan membacanya perlahan satu per satu, aku tersenyum dan melihat semuanya di dalam benakku. Dan beberapa tahun ke depan, semua yang kulihat dalam benakku itu akan jadi kenyataan. Amin J

0 komentar:

Posting Komentar