Mengirim
sebuah pesan itu mudah, sangat mudah. Kau hanya perlu mengetik apa yang ingin
kau katakan, kemudian pilih tombol send, dan selesai. Tapi kenapa terkadang
sulit melakukannya? Wanita itu tak mudah untuk dimengerti isi hatinya.
Kebanyakan dari mereka mengaku gengsi mengirim pesan terlebih dulu. Coba aja
lakukan survei, kau akan menemukan delapan dari sepuluh wanita yang memilih
stres menunggui pesan daripada memberanikan diri mengirim pesan duluan. Unjuk
gigi gih, cewek-cewek yang merasa setuju dengan pernyataanku barusan.
Kenapa
mesti takut? Kau kan tahu, kau bukan mengirim pesan pada seorang teroris. Pesan
yang kau kirim bukan hantu yang terima. Bukan kepala sekolahmu yang membaca.
Nggak bakalan ditangkap kok sama polisi. Nggak bakalan dibawa ke penjara. Jadi
takut kenapa?
Aku
menulis ini bukan karena aku seorang laki-laki yang protes sama pacar karena
pacar nggak pernah ngirim pesan duluan. Aku juga wanita. Tokoh utama dari
tulisan ini. Jadi kenapa aku ngomong begini? Aku juga gak tahu. Tiba-tiba aja
pengen nulis begini.
Cewek-cewek
bilang:
·
Nggak mungkinlah
aku yang SMS duluan.
·
Gengsi aku!
·
Ah, kan aku
cewek. Dia harusnya yang SMS duluan, dia cowok.
·
Di mana harga
diriku sebagai cewek kalau aku yang duluan SMS dia?
·
Di mana-mana
cowok yang selalu SMS duluan.
·
Dan bla bla bla
bla bla.
Padahal
abis mereka ngomong begitu, pasti bilang begini lagi:
·
Nggak di-SMS dia
aku (sambil bete).
·
Tapi rindu aku
sama dia. Ku SMS lah?
·
Nggak enak ya
jadi cewek, bisanya cuma nunggu.
Aku pernah berdebat sama adikku yang cowok. Aku bilang begitu tuh, kalau jadi
cewek itu rasanya gak enak, bisanya cuma nunggu. Nggak tahu penantiannya bakal
berujung indah atau malah mengecewakan. Cowok yang enak, bisa sesuka hati
menentukan pilihannya. Bisa bertindak kapan aja. Tapi adikku malah menentang.
Dia bilang kalau cewek yang sebenarnya lebih menyenangkan. Apa cewek pernah mikir
gimana sulitnya perjuangan seorang cowok? Iya kalau cewek terima. Kalau cewek
nolak? Rasanya udah benar-benar kalah. Cewek yang enak. Tugasnya tinggal nunggu.
Eh, cowok malah harus berpikir keras gimana cara bertindak yang baik.
Jadi,
aku sebagai penulis dari makalah ini,..... Eh, makalah? Emang ini makalah? Mata
pelajaran apa? Mata kuliah apa? Mata kuliah “SMS DULUAN”. Ya enggaklah, becanda
kok. Oke serius, kembali ke topik. Jadi,
aku menyarankan. Siapa yang punya perasaan duluan, dia yang mengungkapkan.
Siapa yang pengen ngomong duluan, ya udah dia yang ngirim pesan duluan. Gampang
kan? Gampang-gampang susah maksudnya. Haha.
0 komentar:
Posting Komentar