Namaku
Nella. Dan dia, dia yang barusan selesai berbicara denganku di telepon, namanya
Samuel. Panggil saja Hero. Tepat sekali. Dia pacarku.
Saat
menulis ini, aku sambil makan seraya mendengarkan musik dari kotak folder Lagu
Inggrisku. Saat ini juga, lagu Locked Out of Heaven yang dibawakan oleh Bruno
Mars sedang mengicau. Tapi bukan kicauan Bruno yang akan kuceritakan, tapi
pembicaraanku dengan pahlawanku di telepon tadi.
Aku
hapallah dengan kebiasaan si Hero. Biasanya dia akan bilang “Halooooo!!!!” dengan
intonasi tinggi dan power suara yang mantap di awal telepon. Kalau sudah begitu
aku tahu kalau dia sedang dalam keadaan baik-baik saja. Tapi kalau dia bilang
“Halo” dengan power yang sedikit dan intonasi yang menurun, aku harus sudah
langsung bertanya apa dia dalam keadaan baik-baik saja? Minimal dia pasti
sedang ada masalah. Seperti tadi.
Setelah
ngomong panjang lebar, kami pun menyudahi telepon itu. Aku nggak perlu cerita
kata per kata yang dia ucapkan, juga kata per kata yang aku ucapkan. Yang jelas,
pasti ada “I Love You” di akhir telepon.
Mungkin
yang perlu ditanyakan adalah kenapa aku makan jam segini? Jawabannya hanya
satu. Aku takut sakit, aku takut si Hero bakal marah. Dia selalu bilang jaga
kesehatan, jangan telat makan, jangan sampai sakit. Aku mengerti, kenapa di
telepon tadi dia cerita sambil marah-marah. Bukan samaku, tapi sama seseorang
di sana. Sebut saja namanya Bunga. Kalau samaku, sampai saat ini dia belum
pernah marah. Sebenarnya ini adalah makan malamku yang kedua. Kalau bukan karena
telepon tadi, nggak bakal ada makan malam kedua ini, biasanya juga cuman
sekali.
Terkadang
Samuel memperlakukanku bukan hanya sebagai pacar. Dia bisa seperti seorang
abang yang memperlakukanku seperti adik. Kadang juga, dia seperti seorang ayah
yang merasa punya tanggung jawab kepadaku. Dan terkadang, dia seperti seorang
sahabat yang piawai mencurhatkan pengalaman-pengalamannya.
Perhatiannya
luar biasa. Sekarang aku mengerti kenapa Daniel pernah bilang kalau dia itu
adalah tipe cowok yang sangat menjaga pasangannya. Aku sudah membuktikannya
sendiri. Aku nggak boleh sakit. Jangan sampai sakit. Itu perintah dia.
Sayang,
aku bukan penulis yang pandai berkata-kata. Yang jelas, aku bangga padamu. Aku
salut. Terima kasih sudah menjagaku. Semua perhatianmu itu sangat kuhargai.
Baik-baik di sana ya. Jaga kesehatan juga. Tanggal 26 aku balik ke Balige. Kamu
UAS-nya kapan selesai? Aku merindukanmu ({}).
![]() |
Samuel Jimmy Hasudungan Tambunan |
0 komentar:
Posting Komentar