Dear Past, Thank You for All The Lesssons

There is no time to see backwards. Your future is still pure enough.

The only thing worse than being blind is having sight but no vision

When something bad happens, you have three choices. You can either let it define you, let it destroy you, or you can let it strengthen you.

Do You Know? You are Your Own Hero. Be Brave!

Don't die from a broken heart.

It is Never Too Late to be What You Might Have Been

If you were not happy with yesterday, try something different today. Don't stay stuck.

Things Work Out Best for Those Who Makes The Best of How Things Work Out.

Just believe in yourself. Even if you don't, pretend that you do, and at some point, you will.

If reading is HOT and writing is COOL. Therefore, read my writing is an awesome thing.

Rabu, 27 Agustus 2014

MURSALA

Tiga hari yang lalu. Tertanggal 24 Agustus 2014. Rasanya dunia benar-benar tak berpihak padaku. Bagaimana tidak? Aku diharuskan berpisah dengan dia yang kusayang karena suatu masalah yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Suatu masalah yang begitu mengunci mulutku untuk berkata-kata. Aku angkat tangan. Belum pernah menghadapi masalah yang sebegitu sulitnya, kecuali melihatnya di dalam film berjudul Mursala

Adat, marga, kekeluargaan. Orang Batak memang suku yang sampai sekarang masih memegang erat budayanya. Apalagi di tempat kami yang masih berdampingan dengan asal-usul marga, kekerabatan, dan masih akrab dengan yang namanya adat. Sulit ditentang. Peraturannya banyak dan susah dipahami jika tak benar-benar dipelajari. Temanmu, sahabatmu, musuhmu, bahkan seseorang yang sama sekali tidak kau kenali, bisa saja dia saudaramu jika salah satu atau lebih marga di lingkup keluarga kalian berada di garis keturunan yang sama.

Malam itu hujan turun lumayan deras. Dia mengirimiku pesan lewat BBM dan mengatakan sesuatu yang kami berdua tak suka sama sekali. Kebetulan saat itu aku sedang bersama temanku, kami ada di teras rumahku, menunggui hujan reda agar dia bisa pulang segera. Pesan yang kuterima kemudian kuberitahukan kepada temanku, dan kami langsung berangkat menemui dia untuk membicarakan hal penting yang menurutku gila itu.

Hujan masih saja turun. Seakan dia ingin selalu menemaniku di dalam masalah yang sedang menggeluti itu. Hujan kali itu sedikit membantu, setidaknya aku merasa lebih nyaman bercakap-cakap dengan kekasihku. Apa yang salah? Siapa yang mengira bahwa kami akan atau dipaksa berpisah karena masalah marga? Jujur aku sendiri tak terlalu mengerti tentang masalah pelik seperti itu. Yang pasti, katanya itu terlarang. Cepat atau lambat kami juga akan berpisah. Dan yang benar saja, perpisahan itu bahkan datang terlalu cepat.

Pernahkah terbayangkan bagi kita untuk kehilangan seorang yang kita sayang karena masalah yang sama sekali tak pernah kita bayangkan? Aku menggenggam tangannya seolah tak mengijinkan masalah itu membawa dia pergi dari hidupku. Ditemani lagu Someone Like You yang dibawakan oleh Adele, malam itu betul-betul menjadi malam romantis yang terseram yang pernah ada. 

Sayang, aku benar-benar angkat tangan. Kenapa sesuatu yang baik itu tidak bisa menetap tinggal saja dalam hidup kita? Memilih antara ya dan tidak, mana aku sanggup! Aku tak pernah mau kehilangan sesuatu yang kuanggap tak pantas untuk pergi. Jika aku memang harus memilih, lebih baik aku berkata tidak tahu. Aku tak mau mengucapkannya, aku tak tahu apa-apa, dan aku tak pernah suka untuk mengakhirinya dengan cara seperti itu.

Aku hanya tak habis pikir. Aku masih terjebak di dalam waktu, menunggui akhir bahagia untuk aku bisa memberikan nilai seperti apa yang kau sebutkan dulu, menungguimu memimpinku berdoa sebelum tidur, menungguimu menyanyikanku lagu yang khusus kumintakan hanya darimu, dan masih banyak penantian lainnya. Dan menurutmu aku bisa mengucapkan "iya" seketika saja dan kemudian aku harus merelakan semua penantian itu tak kan pernah terjadi lagi? Maaf, aku sungguh tak bisa sama sekali. Aku tak suka mengucapkannya. Aku juga minta maaf jika bertingkah kurang dewasa malam itu. Aku tak setangguh yang selalu kuucapkan sayang. Bahkan saat itu aku benar-benar lemah. Terasa sangat sesak di ruangan seluas itu.

Akhirnya apa yang harus terjadi pun terjadi. Memulai hidup yang baru bersamanya dengan embel-embel kata pertemanan di antara kami, just it, tak lebih. Aku sungguh tak menyangka. Akhirnya menjawab "iya" meskipun sangat tak rela. Air mataku pun mulai menetes mengikuti titik-titik hujan yang juga belum reda. Beberapa kali kilat menyambar di luar, cahayanya sampai ke dalam mengirimkan seberkas sinar di wajah kami yang begitu lelah. Kulepaskan tangannya, berharap dia akan mendapatkan yang lebih baik dariku, meskipun hati sebenarnya tak rela.

Jam pun mendekati pukul setengah sembilan. Aku diantar pulang olehnya. Hujan belum juga reda. Masih setia menemaniku bahkan di sepanjang perjalanan ke rumah. Aku cuma terdiam, tak berkata apa-apa kecuali saat dia mengkhawatirkanku karena sudah terlalu basah. Dihentikannya motor itu saat kami sudah sampai di simpang rumahku. Dia masih memintaku untuk segera mengganti pakaian setelah masuk ke dalam rumah, aku sudah terlalu basah, tapi tak berarti apa-apa bagiku, justru aku mengkhawatirkannya karena dia pulang tanpa jaket, dan hujan juga masih berlanjut. Seiring kepergiannya, aku berjalan ke dalam rumah. Rasanya sangat sulit untuk melangkah. Aku masih saja tak habis pikir. Beberapa saat yang lalu aku masih menggenggam tangannya sebagai seorang kekasih, dan saat ini, baru saja dia mengantarku pulang sudah sebagai mantan. 

Patah hati bukan lagi sekali dua kali kualami. Sudah sering. Tapi mengapa saat terjadi lagi, rasanya seperti terluka untuk pertama kali? Rasanya aku seperti lupa bagaimana cara bernafas dengan baik. 

Sebelum tidur, dia masih mengirimiku pesan. Mengucapkan selamat malam dengan cara yang tak biasa, tak lagi sama. Dalam hati aku masih memanggilnya sayang, meskipun balasan yang kukirimkan hanya menyebutkan namanya. Selamat malam dunia, terima kasih atas ketidakberpihakan ini. Sudah puaskah?

**************

Kamis, 21 Agustus 2014

Don't Cry. Just Say "Fuck You" and Smile

Semua orang terlahir berbeda. Yang jelas, semuanya punya kelebihan dan kekurangan. Itu pasti. Sebagian dari kita hanya menyadari kekurangan tanpa bersyukur lebih banyak akan kelebihan. Terkadang kita hanya terfokus untuk mengurus kekurangan-kekurangan itu untuk menjadikan diri kita tampak lebih sempurna di hadapan orang lain. Padahal kalau kita mau sedikit saja berusaha untuk mengembangkan kelebihan kita terlebih dulu, kesempurnaan itu harusnya sudah ada dalam genggaman tangan kita. Kita hanya perlu bersyukur dengan "apa yang telah ada". Tidak terlalu berfokus pada apa yang seharusnya kita punya. Tapi lebih kepada "kita punya apa" dan "bagaimana mengembangkannya".

Terserah orang lain mau berkata apa. Jadilah dirimu sendiri. Kamu tak perlu terlihat sama dengan orang lain. Belum tentu orang lain itu lebih baik dari dirimu sendiri. Jangan selalu melihat ke atas, karena masih banyak yang berada jauh di bawahmu. Hidupmu indah, yakinlah!

Kadang kita hanya bisa menangis cengeng seperti merasa kalah dalam sebuah permainan besar. Memang penting dalam beberapa situasi. Untuk membuat kita merasa lebih lega. Tapi kadang kita juga harus bersikap lebih dewasa, jangan terlalu bodoh. Kita harus sudah mulai bertanya, untuk apa? Hidup terlalu berharga kan untuk ditangisi? Mengeluh yang berlebihan justru akan menyiksa diri sendiri. 

Bangkitlah. Kembangkan apa yang kamu punya. Jangan dengar orang lain berkata apa. Saat mereka mendukungmu, rangkullah dan berjuang bersama. Saat mereka mulai mengolok, biarkan mereka bersuara sekeras apa pun. Karena ketika kesuksesanmu akan tiba, mereka akan terdiam sendiri dan bertepuk tangan dari barisan yang kau tak bisa lihat. Tersenyumlah. Seperti kutipan yang pernah saya baca: "Don't cry. Just say fuck you and smile". Selamat mencoba.

Kenapa Harus Berubah?

Kutahu hati tak akan bisa berdusta. Kadang kita hanya bisa mengelak dari ucapan saja, tapi yakinkah bahwa hati akan berkata serupa? 

Tak tahu kenapa. Mungkin karena pengalaman di waktu lampau menjadikan ku terlalu bersikap hati-hati dalam bertindak. Salah memang. Menjadikan apa yang kupunya sekarang seolah akan serupa dengan yang telah lalu itu. Aku hampir kehilangan diriku yang sebenarnya. Aku takut menghancurkan semua ini hanya karena kecemasan yang kutuntun dari pengalaman pahit yang cuma menggoreskan luka.

Seringkali aku mencoba meletakkan kisah ini jauh di atas cerita yang lain. Tapi kenapa kadang sulit? Mereka terlalu terngiang di setiap langkahku. Aku tak bebas menjadi diriku sendiri. Kucoba berlari, tapi aku hanya bisa merangkak. Kucoba berteriak, tapi aku hanya bisa berbisik. Aku ingin pulang. Pulang kepada diriku yang seperti dulu. Di sini terlalu sesak. Bahkan amat sangat.

Rabu, 20 Agustus 2014

My Papa, My Superhero!

Papa, tell me if there is something/someone who disturb you. Cause you have me, your little girl who has become a wonder woman. I am always want to be like you. Having a high-minded, wise heart, hard worker, and never hopeless. Really an awesome papa, yes, you are. 

You realize that I have been a colleger. You tell me that a good colleger must have a high-minded. I know, I'll always hearing for your advises. I feel so lucky to have you. God is very nice so much. He give me an amazing papa who can be a best role models ever after. You know the best way how to make us follow you. Guess what? If the worst thing is you have to kill someone, i am coming with you. That if, I know we will never do that. I want to be your best partner, cause we can be a good tim work right? We show the world that I have you as my superhero, and you have me, your wonder woman. 

You have to start your job in the morning, you go out from the house about 8 am and go back in the night about 7 pm. I can see that sometimes you are so tired, but you never complain. You act like there is no burden in your life. You never drink like the other fathers. It's like you just need us to returns your energy. Every night you back home still with your uniform and that black bag, you just step with steady into the house with a wonderful smile.

Not because you rarely showing us, it means you rarely praying for us. I believe, all you have done, those are you do because your big love to us. I am sure I can see a sincere love from your eyes. Papa, don't ever underistimate the thing that i can do. I can be your best. Trust me, if you are our superhero, I am your wonder woman. I never let you fight alone, here I am, ready for all you need. Papa, as your oldest daughter, I promise will never dissapoint you. Keep it always. I really love you papa. May God bless you always.

Father in heaven, thanks for giving me an awesome papa, bless him whenever/wherever he is. Amen.

Jumat, 15 Agustus 2014

Aku, Kamu, dan Dia

Pacaran itu bisa jadi vitamin. Terkadang dia bisa jadi satu-satunya obat penenang yang bakal kamu butuhin banget kalau lagi ada masalah. Dia bisa jadi moodboster terbesar di dalam hidup kamu. Dan di saat kamu terjatuh, dia akan ada berdiri tepat di depanmu sambil menyodorkan tangannya untuk membantumu berdiri. Tapi bagaimana ketika semuanya tiba-tiba menghilang dari kehidupanmu? Dia pergi untuk orang yang berbeda. Perlahan dia berubah menjadi seseorang yang tidak lagi sama, dia bukan seperti siapa yang kamu kenal dulu. Dia tak pernah lagi membantumu berdiri, karena dia sendiri yang membuatmu terjatuh. Perlahan kamu berani bangkit sendiri, mencoba melupakan semua bayangan tentangnya. Sedikit demi sedikit kamu pun berhasil, hingga menemukan seseorang yang bisa membuatmu tersenyum lepas lagi. Tapi saat kamu tenggelam dalam keindahan kisah yang baru, kamu malah merindukan siapa yang telah pergi darimu. Bukankah itu adalah hal yang paling menyakitkan? Kamu berada di antara dua cinta. Seseorang menyayangimu dengan tulus, tapi kamu merindukan yang lainnya. 

Selasa, 12 Agustus 2014

Akhirnya Ku Memeluk Hujan

Aku sudah bilang kan kalau aku akan menepati janjiku padamu. Aku akan datang menemuimu tanpa rasa takut, tanpa payung, atau sesuatu apa pun yang menghalangi kebebasanmu untuk menghampiriku. Sebenarnya hari ini aku sempat kecewa. Kupikir kau tak akan datang, karena kulihat siang tadi sedikit lebih cerah dari biasanya. Untungnya kau tahu saat yang tepat. Kita bertemu di waktu yang sempurna, saat aku sedang keluar rumah di jam tujuh malam. Terima kasih pujaan hatiku.

Tubuhku serasa menjerit kegirangan, hanya saja tak bersuara. Hujan itu pasti tahu aku bahagia meskipun aku tak membisikkannya ke telinga mereka. Tanganku menerima mereka penuh sukacita. Bayang-bayangku telah nyata. Aku menengadah ke langit, menutup mata, membentangkan tanganku seolah sayap yang siap terbang, sambil merasakan titik-titik air itu membasahi sekujur tubuhku yang setiap sore memimpikannya. Karena aku punya impian yang bukan hanya sekedar, tapi sesuatu yang seharusnya memang harus kuwujudkan.

Mereka terlalu bersemangat. Semakin deras setelah aku melemparkan tawa terbaikku. Jari-jariku langsung bersahabat. Ikut bergerak lentik saat kutatap langit hitam yang menurunkan triliunan tetes airnya. Angin malam jadi saksi, jalanan juga ikut jadi saksi. Tanya mereka bagaimana keromantisan kami di luar tadi. Sekali lagi terima kasih atas kedatanganmu di waktu yang tepat, kau hujan yang kukagumi.

Senyum lepas dan wajah bahagia setelah main hujan. 

Senin, 11 Agustus 2014

Pulanglah, dengarkan ceritaku!

Ada apa dengan semua orang? Apakah hobi memang dapat dengan mudahnya menggantikan cinta yang katanya dianggap berharga? Aku yang jadi terlalu pesimis. Pandanganku entah kenapa malah jadi semakin sempit. Dunia yang besarnya sebegini luas, kini kuanggap hanya selebar daun kelor. Sebegitu sibuknyakah mereka dengan dunianya? Mereka bahkan menutup mata dengan siapa yang setiap hari menunggu kabarnya. 

Orang-orang itu merindukan kalian hai penggemar kopi hangat. Bukalah sedikit celah untuk mereka merasa bahwa kau masih pedulikannya, kalau kau masih memikirkan tentangnya. Aku iba dengan mereka. Miris melihatnya bernafas sedikit sesak. Makanan selezat dan semahal apa pun sudah tak dihiraukan lagi di hadapannya. Tak ada selera makan. Tak ada tenaga untuk mengunyah. Semuanya hilang terbawa kecemasan dalam penantian untuk kabarmu. Mata mereka berkaca-kaca. Seolah air matanya telah habis hingga tak ada yang harus diteteskan lagi.

Mereka bercerita, kalian sering pergi tanpa tinggalkan pesan. Kalian jahat. Kalian ingkar janji. Dunia kalian sudah berbeda bukan? Seperti tak ada lagi yang menjadi kisah bersama. Semuanya jadi bersifat pribadi-pribadi. Pandanganku tak melihat adanya cahaya terang di depan sana. Kalian sudah merebut semuanya. Bak diinjak-injak di hadapan mereka yang seharusnya kalian sendiri yang berikan pelukan hangat. Harusnya kalian yang menenangkan mereka. Harusnya kalian. 

Kenapa mereka jadi mencari aku? Itu karena mereka tak mengerti harus bercerita kepada siapa. Kalian tak pernah ada di saat mereka akan mengadu. Kalian terlalu sibuk dengan hobi! Kalian lupa kalau kalian masih punya mereka. Mereka butuh kalian. Pulanglah! Pulang ke rumah! Hentikan jeritan mereka dan dengarkan semua cerita yang kau tinggalkan. Hentikan bertanya, kalian masih ingin bertanya mengapa? Kalian menyalahkan mereka? Mereka salah apa? Mereka sudah memanggil kalian, bahkan sesekali memaksa. Tapi kalian yang tak pernah dengar. Tak peka. Tak punya rasa. Mereka selalu berpikiran positif, menunggu kalian berikan kabar. Tapi tak kunjung nyata, sampai akhirnya mereka lelah dan bercerita kepadaku. Aku tak berharap banyak saat aku menyampaikan ini. Semuanya terlalu rumit untuk kuselesaikan. Mereka berharap pada kalian. Terserah mau sadar sampai kapan. Aku dan mereka tak pernah memaksa. Satu yang harusnya kalian tahu, mereka pencemburu besar! Renungkanlah!

Pengagum Hujan

Entah kenapa akhir-akhir ini aku nge-fans banget sama yang namanya hujan. Kebetulan tiap hari dia selalu datang. Mulai dari siang sampai malam. Nggak peduli seberapa banyak orang yang kesal dengan kedatanganmu. Tapi aku berharap kau datang setiap harinya hujan. Aku mengagumimu. 

Sebenarnya setiap kali hujan turun, aku pengen banget keluar dan menghampirinya, mencicipi tangisan embun yang menakjubkan itu, memeluknya di antara hembusan angin yang bergerak ikuti nada rintik-rintik. Aku selalu membayangkan untuk dapat menengadah ke langit, menutup mata, membentangkan tanganku seolah sayap yang siap terbang, sambil merasakan titik-titik air itu membasahi sekujur tubuhku yang setiap sore memimpikannya.

Ini kenyataan. Aku tak pernah mengada-ngada bahwa aku sangat mengagumi hujan. Aku bertanya-tanya kapan waktu yang tepat untuk berlari memeluknya di luar sana. Aku harus melakukannya tanpa takut sakit, tanpa ada payung yang menghalangi kebebasan mereka menghampiri tubuhku. Aku betul-betul ingin pergi. Tapi tak mungkin di sini. Bukan di tempat yang ini. Aku tak mau seorang pun yang melarangku. Tak boleh ada siapa pun yang menyuruhku berhenti di saat aku telah tenggelam dalam keromantisanku dengan hujan. Aku ingin pergi ke tempat di mana tak ada seorang pun yang mengenalku. Aku benar-benar ingin melakukannya sendirian, sendirian, dan sendirian.

Hujan, jangan bersedih saat mereka mengutuk kedatanganmu. Biarkan mereka membencimu. Karena ada aku yang selalu mencintai semua itu di tempat ini. Kuharap kau sabar menunggu. Kan kutemui kau di waktu yang paling tepat kekasihku. Aku berjanji.

Minggu, 10 Agustus 2014

Seharusnya Jangan

Kupejamkan mata sejenak
Menghela nafas yang teramat dalam dan menghembuskan perlahan
Sesak, sesak kurasa himpitan nisan menindih kebebasan hela nafasku
Seolah ingin berlari sejauh mungkin pada pelukan Bapa

Aku benar-benar bukan yang dulu lagi
Aku sedang berusaha agar semuanya menjadi lebih positif
Sayatan-sayatan itu mulai bermunculan di sela-sela perjuanganku
Semuanya hanya ujian, aku paham itu

Danau bukan tempat terindah lagi buatku
Sekarang tempat terindah itu adalah di mana setiap kali hujan turun
Aku mengagumimu embun
Tangisanmu sangat kurindukan di setiap kali jam tanganku berbunyi tik tok tik tok

Banyak yang telah berubah
Semenjak kepergian itu
Semenjak kubongkar terlalu dalam apa yang seharusnya tidak perlu kuketahui

Aku selalu bilang sudah siap dengan segala kecewa
Aku yang menuturkannya, jelas
Bawa aku pada putaran waktu di masa lalu
Aku meninggikan sesuatu yang seharusnya jangan pernah ditinggikan
Tapi...
Entahlah

Jumat, 08 Agustus 2014

Story Behind My Birth Date

Aku barusan buka facebook dan melihat C***a mengirim tautan. Itu seperti cerita di balik tanggal lahir dan menyinggung sifat dan kepribadian kita. Aku cuma iseng nyoba, and see, without fill any questions or etcetera, it's appear directly. I don't believe if it is a true, and you can try! Open it on funappsworld.com!

Kamis, 07 Agustus 2014

NAIF

Dia cuma seorang gadis biasa yang masih bertingkah naif. Dia tak mengerti banyak tentang arti kehidupan yang sebenarnya. Yang dia bisa cuma mengamati tanpa berani berbuat banyak. Sesungguhnya dia bukan seorang wanita tangguh yang tidak takut pada masalah, tapi hanya terbiasa dan terlatih mencicipi masalah. Bahkan dia pun sebenarnya tidak begitu tahu, apakah memang itu suatu masalah, atau dia yang terlalu berlebihan menyikapi suatu permasalahan, terlalu hiperbola, kurang pandai bersyukur dan sebagainya. Dia sangat gampang goyah, berdiri tak begitu kuat layaknya batu karang, langsung lesu diterpa gerimis. Dia banyak memendam amarah, itu kenapa setiap permasalahan yang bahkan sekecil apa pun dapat membuatnya patah semangat. Dia tak pandai bercerita banyak. Tapi menyembunyikannya pun tak pernah berhasil. Air mata sudah jadi tamu yang paling sering mengunjunginya. Dia belum temukan bahu sandaran untuk menjemput semua kelegaan yang masih tersembunyi. Cuma mengandalkan diri sendiri untuk melakukan yang terbaik di antara yang paling buruk. Dia sadar itu bukan hal yang bijaksana. Bukan juga kebijakan yang paling bijak. Yang pasti dia ingin selalu terlihat baik-baik saja, untuk menenangkan hati orang-orang di sekitarnya. Berpura-pura tidak ada masalah, meskipun sebenarnya banyak gejolak yang menyelimuti hati. Dia sangat sensitif. Terlalu cepat dipengaruhi omongan buruk orang sekitar. Dia selalu mencoba untuk sekedar menutup telinga. Tapi yang ada air mata malah tak pernah absen melakukan kunjungan rutinnya. Dia selalu tak sabar untuk menjemput masa depan yang lebih cerah. Tapi bodohnya dia yang selalu menginginkan sesuatu di masa lalu. Tak ada yang memberitahunya bahwa masa depan tak akan pernah berhasil jika digabungkan dengan masa lalu. Dia cuma menginginkan sesuatu yang dapat membuatnya mampu tertawa lepas lagi. Dia butuh percaya diri tapi sampai sekarang masih sulit untuk didapatkan. Dia terlatih menyimpan rahasia. Cerita orang lain disimpannya sangat rapi. Dia pun terlatih menenangkan orang lain. Entah kenapa menenangkan dirinya sendiri terasa begitu susah. Dia tak pernah jauh dari headset, karena musik yang akan membantunya tetap diam tanpa perlu bertingkah gusar di atas tempat tidur. Dia tahu siapa namanya. Yang jadi masalah adalah dia tak sepenuhnya kenal siapa dirinya. Dia seperti dua pribadi di dalam satu tubuh. Terkadang menjadi yang satu, terkadang menjadi yang lain lagi. Dia takut menjadi seorang pecundang. Dia selalu merasa bersalah pada siapa yang ada di dalam dirinya. Tak banyak yang tahu, dia merindukan dia yang dulu. Naif.

Di mana letak kedewasaan itu?

Oke sekarang aku tahu kenapa mereka tak pernah percaya bahwa aku sudah dewasa. Kadang mengakui sesuatu yang salah itu terasa sangat sulit. Usia boleh saja sudah menginjak kata dewasa, tapi tak bisa dipungkiri kalau sebenarnya sifatku belum sedewasa usiaku. Mama aku minta maaf. Kau hanya tak begitu tahu apa yang sedang terjadi pada putri pertamamu. Kata-kata orang sekitar sudah cukup hebat mempengaruhi pikiranku. Aku pernah bilang ingin menjadi seorang psikolog, tapi saat ini yang ada aku malah sangat membutuhkan seorang psikolog untuk diriku sendiri. Bahkan aku tak mengerti cara terbaik untuk mengatur jalan pikiranku. Ke mana ilmu psikologi itu? Bahkan untuk memecahkan masalahku sendiri pun aku tak pernah mampu. Jangan pikir aku tak pernah mencoba. Tak ada hal lain yang lebih kusayangi kecuali kalian berlima. Seberapa sering aku menyakiti kalian hanya karena masalah pribadi yang kubawa ke dalam rumah? Aku tahu aku salah. Aku tak begitu pandai untuk bercerita tentang sesuatu yang mengganggu pikiranku. Tapi menyembunyikannya pun aku tak pernah berhasil. Kini aku sadar, kalau ternyata wajar kalian selalu bertanya-tanya tentang di mana letak kedewasaanku. Jujur aku juga tak menyukai semua itu. Yang pasti aku selalu salah. Aku mengakui aku selalu salah. Mama maafkan aku. Kalian tak perlu khawatir seberapa sering aku membawa nama kalian ke dalam doa, karena setiap kali bangun dan akan tidur, pastikan aku menyebut nama-nama itu dengan sepenuh hatiku. Semua tingkahku yang mengecewakan, itu tak sepenuhnya melambangkan seberapa besar cintaku di dalam rumah ini. Kalau kalian ingin tahu, jawabannya adalah tak terkira. Aku yang tak mengerti di mana tempat terbaik untuk menempatkan masalahku.
 I am really sorry mama. 

Jumat, 01 Agustus 2014

DURIAN and THE TORMENT

Semua orang rumah bahagia dan aku tersiksa. Itulah saat-saat di mana DURIAN meraja lela di ruangan mana pun di rumah ini. 

Pagi tadi aku dibangunin sama bapakek jam sembilan untuk jemur kain. Abis cuci muka aku langsung ke dapur buat ngecek mesin cuci dan mengurus kain-kain cucian yang harus kujemur. Nggak pake mandi, satu harian ini aku terlalu malas untuk bergerak, bahkan untuk mengurus diriku sendiri. Maaf ya my body, I am so sorry for that. Harapannya sih, jerawat jangan sampai bertingkah aja, jangan sampai mekar kayak sayuran yang ditanam mamakek di halaman samping rumah. 

Waktu aku ke dapur, aku kan masih setengah sadar, soalnya nyawaku belum kumpul semua. Terus aku nunduk di depan rak piring untuk ambil ember yang udah diisi sama selimut yang baru selesai dicuci. Karena nyawaku masih belum kumpul semua, jadinya aku agak-agak susah gitu buat angkat embernya. Eh, tiba-tiba aku ngerasa ada sesuatu yang mengganggu penglihatan, penciuman, dan seluruh jiwa ragaku. Oh noo, it was durian maeee 

You know, this is like a torment for me. Mereka juga sering jahil makan durian pas di depanku. Kadang pas makan juga nasinya dicampur sama durian. Jadi dibikin kayak lauk tambahan gitu. Oh meeennn, cuci tangan juga di kobokan yang sama. Arrggghhh 

Makanya satu harian ini aku nggak banyak keluar kamar. Cuma setia sama HP, laptop dan tempat tidur. Untung ada wifi jadinya nggak terlalu bosan. If they ask me, "what's wrong with durian?" I said, "I have a serious problem with them!"